Bos GarudaFood: Ada yang Tak Suka Harga Gas RI Murah

Presiden melihat ada potensi penurunan harga gas dari saat ini rata-rata US$ 9-US$ 10 per MMBTU menjadi di bawah US$ 6 per MMBTU.

oleh Fiki Ariyanti diperbarui 07 Okt 2016, 20:23 WIB
Presiden melihat ada potensi penurunan harga gas dari saat ini rata-rata US$ 9-US$ 10 per MMBTU menjadi di bawah US$ 6 per MMBTU.

Liputan6.com, Jakarta Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah menginstruksikan harga gas industri nasional turun di bawah US$ 6 per MMBTU per 1 Janauri 2017. Sayangnya, ada pihak atau oknum yang tidak suka harga gas di Indonesia murah demi mengeruk keuntungan semata.

Anggota Komite Ekonomi dan Industri Nasional (KEIN) sekaligus Pendiri GarudaFood Group, Sudhamek AWS mengungkapkan, Presiden melihat ada potensi penurunan harga gas lebih rendah dari saat ini rata-rata US$ 9-US$ 10 per MMBTU menjadi di bawah US$ 6 per MMBTU.

"Presiden sudah tahu lifting cost gas bisa di bawah US$ 5, sekitar US$ 3-US$ 4 per MMBTU, jadi kalau di bawah US$ 6 masih sangat memungkinkan. Jadi menjual dengan harga US$ 6 saja sudah untung besar sebenarnya," katanya usai menghadiri peluncuran Buku Inisiatif KAFEGAMA di LCBI, Jakarta, Jumat (7/10/2016).

Menurut Sudhamek, mahalnya harga gas saat ini berpengaruh pada tersendatnya investasi langsung asing (Foreign Direct Investment/FDI) yang masuk ke Indonesia. Ia bahkan menengarai ada pihak-pihak yang tidak senang bila harga gas murah.

"Kenapa susah sekali turunkan harga gas? Karena ada banyak pihak yang mencegahnya supaya tidak turun. Itu karena pertimbangan bisnis, ingin dapat keuntungan besar dari setiap channel distribution. Makanya harus dipotong," tegasnya.

Sudhamek lebih jauh menerangkan, harga gas US$ 6 per MMBTU merupakan harga yang masuk akal. Jika harga gas bisa ditekan sesuai instruksi Presiden, diyakininya, aliran FDI akan mengalir deras ke Tanah Air.

"Kalau bisa lebih murah, Indonesia bisa jadi negara tujuan utama investasi asing karena harga energi murah, peraturan dan perizinan dipermudah. Karena investor sebelum investasi pasti tanya berapa harga energi, kalau mahal yang bisa menghambat," jelasnya.

Diakuinya, energi merupakan salah satu komponen yang menyedot biaya terbesar dari biaya operasional perusahaan. "Kalau harganya turun US$ 6 dari sekarang US$ 10 per MMBTU, maka bisa turun 30 persen. Jadi harga gas harus didorong turun," pungkas Sudhamek. (Fik/Gdn)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya