Menhub: Persoalan Dwelling Time Bukan Hanya Masalah Waktu

Menhub Budi mengaku tak ingin operasional pelabuhan terdapat oknum-oknum yang melakukan praktik tidak baik.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 07 Okt 2016, 20:20 WIB
Proses bongkar muatan KA Logistik saat tiba di Stasiun JICT Tanjung Priok, Kamis (18/2). Dioperasikannya KA Logistik Tanjung Priok diharapkan mampu menurunkan masalah waktu bongkar muat atau dwelling time hingga dua hari. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengungkapkan, permasalahan waktu bongkar muat di pelabuhan (dwelling time) bukan hanya persoalan waktu. Namun juga masalah keamanan.

Sebab itu, dia mengatakan, dalam bongkar muat di pelabuhan juga mesti ada kepastian jika barang yang masuk ke pelabuhan merupakan barang yang aman.

"Sebenarnya waktu itu tidak begitu penting, kurang dari 3 hari, karena saya pergi ke Rotterdam Belanda, dwelling time di sana juga 3 hari. Ada satu kondisi yang harus disadari, ada satu yang diperhitungkan agar barang-barang yang masuk barang-barang tertentu yang membahayakan harus kita awasi dengan baik," jelas dia dalam konferensi pers di Kemenhub Jakarta, Jumat (7/10/2016).

Selain itu, tambah dia, hal terpenting lain terkait masalah dwelling time ialah pelayanan pelabuhan yang baik.

Budi mengaku tak ingin operasional pelabuhan terdapat oknum-oknum yang melakukan praktik tidak baik.

"4 atau 3 hari sudah cukup, bahkan 3 hari sudah sama dengan Rotterdam atau sudah standar internasional. Yang paling penting nggak ada tukang kutip," ujar dia.

Dia menuturkan, dalam bisnis biaya logistik hanya sekitar 5 persen-10 persen. Namun, dia mengatakan nilai sebuah kejujuran lebih daripada itu.

"Saya selalu dipertanyakan kenapa mengurusi masalah dweling time, itu hanya 5-10 persen dari cost logistik itu sendiri. Saya menjawab memang itu kecil tapi ketidakjujuran itu lebih dari 5-10 persen, makanya kita minta diperbaiki," pungkas dia.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya