UGM-Australia 'Lahirkan' Nyamuk Pembasmi Virus DBD

Bakteri ini diklaim mampu menghentikan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD kepada manusia.

oleh Tanti Yulianingsih diperbarui 08 Okt 2016, 17:28 WIB
Peneliti dari Monash University sekaligus pimpinan proyek EDP, Profesor Cameron Simmons. (Liputan6.com/Tanti Yulianingsih)

Liputan6.com, Melbourne - Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) masih merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat di Indonesia. Menurut situs Depkes.go.id, sejak tahun 1968 hingga tahun 2009 World Health Organization (WHO) mencatat Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Beragam upaya dilakukan pemerintah Indonesia untuk mendapatkan obat ampuh guna menghentikan penyebaran DBD. Mulai dari memberantas sarang nyamuk, menimbun, menutup serta menguras tempat yang biasanya menjadi perkembangbiakkan jentik nyamuk hingga pengasapan (fogging).

Pemerintah Indonesia juga menggandeng Australia melalui kerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Monash Unversity atau Universitas Monash di Melbourne.

Upaya itu dilakukan dalam program Eliminate Dengue Projets (EDP).

Dari hasil kerja sama dan riset peneliti dari kedua universitas selama bertahun-tahun, terciptalah sebuah metode baru guna mengurangi penyebaran dengue. Kedua pihak berhasil menemukan bakteri alami yang diberinama Wolbachia.

Bakteri ini diklaim mampu menghentikan kemampuan nyamuk untuk menularkan DBD kepada manusia.

"Nyamuk betina yang sudah disuntikkan Wolbachia diharapkan kawin dengan nyamuk jantan lain non-Wolbachia. Nanti hasilnya adalah keturunan nyamuk Wolbachia," papar peneliti dari Monash University sekaligus pimpinan proyek EDP, Profesor Cameron Simmons kepada Liputan6.com beberapa waktu lalu di Universitas Monash, Melbourne.

"Ketika nyamuk-nyamuk itu berada di alam bebas, maka nyamuk pembawa virus dengue akan tergantikan oleh nyamuk 'Wolbachia'," imbuh Simmons.

Simmons membeberkan, nyamuk yang sudah terkena bakteri Wolbachia tidak bisa menularkan virus dengue kepada manusia lagi. Sebab diameter Wolbachia melebihi dari probosis -- bagian dari mulut nyamuk untuk menghisap darah dan menembus kulit manusia.

Program EDP ini berlangsung sejak 2011 hingga Desember 2017.

"Indonesia sudah melakukan langkah tepat untuk menangani virus DBD ini, dengan mendukung upaya kerja sama teknologi penelitian...," tutup Simmons.

Liputan ini merupakan kerja sama Liputan6.com dengan ABC News International.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya