Liputan6.com, Surabaya - Beragam jenis batik tersebar di seluruh Indonesia bahkan di dunia. Salah satunya adalah batik buatan Lulut Sri Yuliani, yang terbuat dari tanaman mangrove.
Lulut menuturkan bahwa ide untuk membuat batik dari mangrove mulai tercetus sejak 10 tahun lalu. Saat itu, pada 2007 telah terjadi pembalakan liar hutan mangrove di Surabaya. Untuk mengantisipasi hal itu, dia melakukan penanaman mangrove di kawasan pantai Surabaya.
Advertisement
"Nah untuk memotivasi itu, tanaman mangrove itu juga kita manfaatkan untuk sejumlah kerajinan, salah satunya adalah batik mangrove ini," tutur Lulut kepada Liputan6.com, Minggu, 9 Oktober 2016.
Perempuan yang pernah menjadi peserta pameran Sampoerna Expo 2016 di Pasuruan Jawa Timur ini mengatakan bahwa inovasi baru, batik mangrove saat ini mendapatkan tempat di hati masyarakat. Terbukti, saat ini batik itu sudah dikirimkan ke berbagai daerah yang ada di Indonesia, dan luar negeri.
"Bahkan, harganya juga bisa mencapai Rp 5 juta setiap lembarnya," kata Lulut.
Lulut menegaskan saat ini, omzet dari penjualan batik mangrove juga relatif tinggi. Setiap bulan, ia bisa mendapatkan omzet Rp 100 juta.
"Mengenai keuntungan belum tentu, itu tergantung hati. Karena kita juga harus membagi keuntungan itu untuk konservasi mangrove lagi, serta pemberdayaan masyarakat juga," ucap Lulut.
Lulut juga menyampaikan, berkat pengolahan mangrove menjadi batik itulah, ia sudah banyak diundang di berbagai negara. Ia diminta untuk menyampaikan teknik pengolahan mangrove yang ramah lingkungan.
"Bahkan, kita juga sudah kerja sama dengan 14 kementerian dari berbagai negara untuk pengolahan mangrove, dan tidak hanya batik saja, melainkan berbagai pengolahan lainnya. Seperti pewarna, makanan, minuman, serta kerajinan tangan," ujar Lulut.