Liputan6.com, New York - Badai terkuaknya masa lalu masing-masing calon presiden AS belum usai. Setelah Donald Trump yang perkataan vulgarnya terhadap perempuan, kali ini giliran Hillary Clinton.
Hal itu dilakukan oleh WikiLeaks yang membocorkan ribuan email dari ketua kampanye Hillary, John Podesta. Salah satu surat elektronik (surel) itu berisi isi pidato bayaran Hillary yang dikhususkan hanya untuk eksekutif Wall Street.
Advertisement
Hillary dibayar untuk berpidato setelah ia meninggalkan posisinya sebagai Menteri Luar Negeri AS.
Dalam salinan email, tertanggal 25 Januari, Hillary berpidato meyakini orang dalam Wall Street adalah yang paling baik dalam mengatur urusan industri bank. Termasuk, permintaan Hillary kepada petinggi bank di AS untuk membiayai aktivitas politiknya.
WikiLeaks membocorkan lebih dari 2.000 email pada Jumat sore 7 Oktober lalu, mengklaim surel itu berasal dari akun Podesta. Demikian dikutip Liputan6.com dari The Independent, Senin (10/10/2016).
WikiLeaks berjanji akan merilis email yang jumlahnya 50 ribu yang didapat dari peretasan email Democratic National Committe (DNC).
Dipublikasikan email itu dilakukan setelah pemerintah AS secara resmi menyalahkan Rusia yang meretas DNC dan organisasi lainnya selama kampanye 2016.
"Sebelumnya, pemerintah AS telah menyatakan bahwa Kremlin telah mempersenjatai WikiLeaks untuk merusak kampanye kami dan memberi keuntungan bagi Donald Trump," kata juru bicara kampanye Hillary, Glen Caplin.
"Kami tidak akan mengonfirmasi keaslian dokumen yang dicuri yang dibocorkan oleh pendiri WikiLeaks, Julian Assange yang bukan rahasia umum lagi ia ingin merusak Hillary Clinton."
Caplin menambahkan, "Guccifier 2.0 telah membuktikan peringatan dari petinggi keamanan nasional bahwa dokumen itu bisa saja palsu dan merupakan bagian dari buatan Rusia."
Rilis isi email itu nyaris tak tercium oleh media di AS karena gegernya video Trump tentang perkataan vulgar terhadap perempuan pada 2005.
Namun, bagaimanapun, transkrip email itu menunjukkan adanya koalisi antara Wall Street dan Hillary untuk memuluskan jalan mantan senator New York itu menuju Gedung Putih.
Dalam salinan itu tertera, "Hillary memberi saran kepada petinggi Wall Street bagaimana memperbaiki Wall Street."
Hillary juga memberikan petunjuk tersembunyi bahwa bekerja sama antara para eksekutif untuk mempertajam peraturan pemerintah. Hal itu disampaikan capres Partai Demokrat di depan Goldman Sachs pada 2013.
"Bagaimana Anda mendapat kunci emas, bagaimana semua itu bekerja," tulis transkrip email itu.
"Dan orang yang tahu tentang industri adalah orang yang bekerja untuk industri itu sendiri."
Di pidato yang sama, Hillary diduga menyarankan peraturan kebijakan di sektor finansial dilakukan demi alasan politis.
Juga, dalam email lain, Hillary diduga meminta dana segara dari Wall Street untuk membiayai kampanye politik.
"Sangat sulit untuk berkampanye menjadi presiden AS tanpa mendapatkan yang besar, dan tanpa dukungan Anda, lawan politik Anda bisa mendapatkan keuntungan. Jadi, sangat sulit jika nanti saya kelak berlaga (jadi presiden AS) tanpa dukungan itu."