Liputan6.com, Jakarta - Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri prihatin dengan adanya isu suku, agama, ras dan antar-golongan (SARA) yang justru banyak berkembang menjelang kampanye di Pilkada DKI Jakarta. Hal itu, kata Megawati, bertentangan dengan nilai-nilai dasar Pancasila.
"Pancasila ajarkan toleransi agama, ras dan sebagainya," ujar Megawati di Jakarta, Senin (10/10/2016).
Advertisement
Megawati juga meminta agar media tak ikut memperbesar pemberitaan soal SARA. Sebab, akan memundurkan demokrasi yang saat ini sudah maju. Kata Megawati, padahal ketika reformasi, media juga ikut berjuang agar dapat keluar dari masa Orde Baru.
"Kalau sekarang sekarang kita lakukan hal negatif, kita kembali ke masa lalu," ujar Megawati.
Mega mengatakan, saat Pilpres 2014, ada sebuah tabloid bernama Obor yang menyebarkan isu SARA pada Jokowi.
"Bagaimana Jokowi dikatakan chinesse, beliau juga agamanya ada yang bilang nasrani, ini kan skenario tidak sehat," ujar Mega.
Kemudian, pada saat Megawati jadi Wakil Presiden, saat itu Aburahman Wahid atau Gus Dur menjadi Presiden memerintahkannya untuk keliling Indonesia Timur. Sebab di sana banyak terjadi konflik akibat isu SARA.
"Isu ini sangat tidak berbobot," ujar dia.
Untuk itu, Megawati berharap media bisa menyosialisasikan program para calon gubernur, bukan justru isu SARA. Setidaknya, media bisa memberitakan hasil kerja pasangan calon gubernur dan wakil gubernur petahana Ahok dan Djarot.
"Yang lain kan belum ada bukti. Bukan saya bela Ahok Djarot, tapi program Ahok-Djarot perlu ditampilkan karena kita perlu bukti. Media bayak anak anak muda. Kalau kalian mau jadi pemimpin bangsa sebaiknya mari kita berdemokrasi," tandas Megawati.