Dry Port Jadi Andalan untuk Tekan Waktu Bongkar Muat di Pelabuhan

Keberadaan terminal barang di luar pelabuhan (dry port) dinilai akan bantu kelancaran logistik.

oleh Pebrianto Eko Wicaksono diperbarui 10 Okt 2016, 14:22 WIB
Presiden Jokowi meninjau New Priok Container Terminal (NPCT) 1, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, (13/9). Terminal diproyeksikan dapat melayani kapal petikemas berkapasitas I3.000-15.000 TEUs dengan bobot di atas 150.000 DWT. (Liputan6.com/Faizal Fanani)

Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah ingin mengandalkan terminal barang di luar pelabuhan (dry port) untuk memangkas waktu bongkar muat barang di pelabuhan (dwelling time).

Deputi III Bidang Koordinasi Infrastruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Ridwan Djamaluddin mengatakan, keberadaan dry port akan membantu kelancaran logistik. Barang tidak lagi ditaruh di pelabuhan tetapi langsung diangkut pakai kereta ke dry port tersebut.

"Mau mengembangkan dry port untuk membantu kelancaran logistik," kata ‎Ridwan, di Kantor Koordinator Bidang Kemaritiman, Jakarta, Senin (10/10/2016).

Ridwan mengungkapkan, saat ini dry port yang sudah beroperasi ‎berada di Cikarang dan Gedebage Bandung, sedangkan  Tangerang dalam proses pembangunan. Karena dinilai dapat mengurangi dwelling time, dry port juga akan dibangun di kota yang dekat dengan pelabuhan.

"Yang sudah ada di Cikarang, salah satu yang udah disiapkan di Tangerang, dan juga nanti di Semarang dan di Surabaya, tentunya juga nanti melihat daerah lain, di Belawan, dan tentunya ke daerah Indonesia Timur," jelas Ridwan.

Ridwan menuturkan, pembangunan dry port akan ‎diserahkan ke pihak swasta. Pihaknya akan menyusun peraturan sebagai payung hukum pembangunan dry port tersebut.

"Besok mau kita rapatkan regulasinya seperti apa, dan implementasi di lapangan seperti apa. Yang penting  diupayakan supaya arus barangnya lancar sehingga biaya logistik murah," tutur Ridwan. (Pew/Ahm)


POPULER

Berita Terkini Selengkapnya