Liputan6.com, Jakarta Awalnya cita-cita Legiyono (48), pemilik usaha Gamelan Legiyo Daliyono di Yogyakarta ingin menjadi tentara. Namun karena tidak didukung orang tua, keinginan menjadi tentara pun kandas di tengah jalan.
Ayahnya yang merupakan pendiri asli usaha gamelan ini, menginginkan ia meneruskan bisnis keluarga tersebut. Karena tidak ingin mengecewakan, meski berat akhirnya ia pun mengikuti saran orangtuanya.
"Bapak saya mulai ngajakin untuk lihat cara buat gamelan. Saya awalnya cuma ikut-ikut bantu bapak saja, ya itu mulai tahun 2005 saya di sini, bantu bapak buat gamelan," ujar Daliyo saat ditemui Liputan6.com di kediamannya, Pelem Lor, Baturetno, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta.
Setelah ayahnya wafat di tahun 2013, suami dari Dwi Wahyuningsih dan bapak 3 orang anak ini secara resmi memegang kendali usaha gamelan ini, dengan dibantu 15 orang karyawan, ia pun terus mengembangkan usahanya.
Advertisement
"Sejak dari tahun 2013, saya mulai mengerjakan proyek gamelan
dari propinsi juga dan Alhamdulilah kondisinya stabil saja, mungkin karena bahan untuk membuat gamelan banyak tersedia di Jogja, bahan utamanya ya kuningan dan besi. Jadi tidak begitu mengalami banyak kendala, paling masalahnya dikejar waktu pembuatan.
Anak pertamanya, Rizky A Widisena saat ini juga sudah ikut belajar membuat gamelan. "Anak saya yang pertama sekarang juga sudah ikut bantuin di sini, mungkin nanti akan dididik buat melanjutkan usaha ini, usaha bapak dan kakeknya, kalau anak yang kedua sudah jadi polwan, dan yang ketiga sekarang SMA kelas XII," lanjut dia.
Tembus Pasar Ekspor
Usaha turunan yang berdiri sejak tahun 1954 ini, telah menembus pasar ekspor seperti ke Malaysia, Singapura, Australia dan Suriname. Sementara untuk harga jual per setnya, pria yang hobi makan bakso dan soto ini menuturkan, untuk satu gamelan kuningan utuh dijual berkisar Rp 200 jutaan, dan yang dari plat besi mulai Rp 60 jutaan.
Adapun untuk waktu proses pembuatannya, satu gamelan lengkap bisa memakan waktu sekitar 1-3 bulan. Proses pembuatan tergantung bahan baku. Hal yang paling sulit adalah saat membuat gamelan yang berbahan kuningan, sementara yang berbahan platinum atau besi pembuatannya sekitar 1 bulan.
Untuk tahun ini sebanyak 20 set gamelan sudah dia buat, dengan omzet rata-rata Rp 200 juta/set.
"Sebenarnya untuk keuntungan sendiri tidak bisa dihitung secara bulanan, karena sistemnya keuangan ortodok. Jadi kalau gamelan laku kita buat lagi, begitu seterusnya. Tapi ya Alhamdulilah pokoknya omzet saya bisa 200 juta untuk buat gamelan ini. Untuk tahun ini pesanan yang datang banyak dari Lampung, Palembang, dan Kalimantan, sementara gamelan yang sudah terjual tahun ini, saya sudah buat 20 set gamelan, tahun lalu ya hampir sama sekitar 21 set saya garap," jelas Daliyono.
Dalam bekerja, Legiyono lebih mengutamakan kualitas, hal itu, katanya, agar pembeli merasakan puas dengan barang yang sudah dipesan dan tidak merasa kecewa.
"Ya kalau saya mau buat sesuatu sangat menjaga kualitas, jadi jangan asal buat karya, jadi orang juga merasa puas menggunakan produk kita. Seperti saya, mungkin banyak yang bisa buat gamelan, tapi kualitas harus yang utama, itu yang kita jaga," pungkas dia.
Advertisement