Liputan6.com, Yogyakarta - Orangtua mana yang tak khawatir saat melihat perubahan sikap yang terjadi pada putranya. Agus Sugianto yang dulunya dikenal periang, tiba-tiba berubah menjadi pribadi yang lebih banyak diam dan kerap muram.
Diagnosis yang diberikan dokter saat itu, Anto mengalami gangguan jiwa berat. Hal ini membuat pemuda yang lahir pada 1978 itu dikucilkan dari lingkungan keluarga, teman maupun tetangganya hingga mengalami depresi berat.
Advertisement
Orangtuanya yang hanya mengenyam pendidikan sampai SD tidak menyaring saran kerabat soal pengobatan Anto. Semua saran diterima, diterapkan, yang justru memperparah kondisi anak laki-lakinya yang tertekan.
Padahal depresi berat yang dialami Anto karena ia tidak kuat menahan beban pekerjaan dan pendidikan yang harus ditanggungnya sendiri untuk menjadi seorang guru bahasa Inggris.
Hingga malam ini, berita tersebut paling banyak menyita perhatian pembaca Liputan6.com, terutaa di kanal Regional, Senin (10/10/2016).
Kabar menarik lainnya yang tak juga banyak diakses masih soal Dimas Kanjeng. Kali ini cerita tentang keluarga dari pengikut Dimas Kanjeng yang meminta ibu mereka yang masih setia bertahan di padepokan kembali pulang.
Cerita menarik lain, sebuah desa di Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan punya tradisi menarik. Kaum laki-lakinya punya tugas memasak setiap ada pernikahan. Masakannya tak kalah sedap dengan olahan para istrinya.
Berikut berita populer selengkapnya yang terangkum dalam Top 3 Regional:
1. Kisah Guru Bahasa Inggris Dipasung Akibat Ketidaktahuan
Anto Sg terkenang kembali kejadian yang dialaminya 17 tahun lalu di Tulungagung, Jawa Timur.
"Tangan dan kaki saya diikat di ranjang puskesmas karena saya berusaha minggat," ujar pemilik nama asli Agus Sugianto yang ditemui di Fakultas Psikologi UGM Yogykarta, Jumat, 7 Oktober 2016.
Dokter saat itu mendiagnosis Anto mengalami gangguan jiwa berat. Sebuah vonis yang membuatnya dijauhi lingkungan sekitar.
"Karena semakin tertekan saya putuskan pergi dari rumah, eh tapi ketahuan dan justru dipasung di puskesmas," ucap dia.
Bukannya membaik, dipasung justru memperparah kondisinya yang putus asa, tertekan, sedih, tidak bisa tidur, bahkan pernah terlintas ingin bunuh diri.
Orangtuanya yang hanya mengenyam pendidikan sampai SD tidak memfilter saran kerabat soal pengobatan Anto. Semua saran diterima, diterapkan, yang justru memperparah kondisi anak laki-lakinya yang tertekan.
Serangan depresi berat dialami pertama kali oleh laki-laki berkulit cokelat itu. Selama setahun, ia hidup dalam tekanan pikiran dan berusaha untuk meloloskan diri dari penyakit itu.
2. Keluarga Pengikut Dimas Kanjeng Minta Sang Bunda Pulang
Meski Dimas Kanjeng Taat Pribadi sudah ditahan di Mapolda Jatim, sejumlah pengikut setianya masih bertahan di padepokannya di Probolinggo, Jawa Timur. Salah satunya adalah Rokayah, warga Terusan Kapten Halim, Desa Sukadami, Kecamatan Wanayasa, Purwakarta, Jawa Barat.
Agus dan keluarga yang lain mengaku cemas dengan kondisi sang ibu, untuk itu dia meminta agar Rukoyah segera kembali.
"Ibu sudah dua bulan enggak pulang, ya saya minta ibu biar cepat pulang aja. Kami anak-anak di rumah ya harus gimana ini kan musibah," kata Agus di kediamannya di Wanayasa Purwakarta, Minggu, 9 Oktober 2016.
Berdasarkan surat edaran yang dikeluarkan Polda Jatim, nama Rukoyah disebut sebagai salah satu pengikut Dimas Kanjeng yang masih setia dan berada di padepokan tersebut.
3. Di Desa Ini Kaum Lelaki Bertugas Memasak Saat Pernikahan
Sulawesi Selatan memiiliki beragam adat istiadat yang unik. Salah satunya ritual "nasu urane" yang artinya kaum lelaki yang berperan memasak.
Adat ini ada di Desa Ujung Kecamatan Dua Boccoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan. Dalam ritual Nasu Urane, seluruh kamu lelaki di Desa Ujung berbagi tugas dalam membuat masakan kari yang berbahan baku daging sapi atau daging ayam.
Masakan yang disajikan oleh kaum lelaki di Desa Ujung tak kalah sedap dengan masakan yang dibuat oleh kaum perempuan. Makanan kari yang dimasak kaum lelaki, sedangkan perempuan membuat kue tradisional.
"Tak ada yang belajar khusus dalam memasak, apa yang kami kerjakan sudah warisan nenek moyang kami di sini dan keterampilan memasak kami murni dari pembelajaran alam saja," kata Tang.