Liputan6.com, Bismarck - Aktris Amerika Serikat (AS) yang menjadi pemeran utama dalam film drama The Fault in Our Stars, Shailene Woodley ditangkap saat berunjuk rasa di North Dakota. Ia menentang pembangunan proyek pipa minyak yang akan melintasi empat negara bagian AS.
Seperti dikutip dari BBC, Selasa (11/10/2016), Woddley ditahan di lokasi pembangunan pipa di mana demonstrasi tersebut ditayangkan secara langsung melalui media sosial Facebook.
Advertisement
Polisi mengatakan ia adalah salah satu dari 27 orang yang ditangkap atas tuduhan pelanggaran pidana dan terlibat dalam kerusuhan. Proyek pembangunan pipa yang diberi nama Dakota Access ini dilaporkan telah menuai protes besar.
Penduduk asli setempat mengklaim pembangunan pipa minyak di North Dakota akan menodai tanah suci mereka serta merusak lingkungan.
Namun pihak Woodley (24) membantah bahwa dirinya terlibat baik dalam pelanggaran pidana maupun tindak kekerasan. Ia mengaku berunjuk rasa secara damai.
"Aku tengah berjalan ke mobil ketika mereka mencengkeram jaketku dan mengatakan bahwa aku tidak diperkenankan untuk melanjutkan...Dan mereka membawa senapan, tongkat, dan tali. Mereka tidak mengizinkanku pergi," ujar Woodley.
Saat digiring dengan tangan diborgol, Woodley mengaku ia diasingkan dari ratusan pengunjuk rasa lainnya.
"Karena aku terkenal, karena ada 40.000 orang yang menontonku," ujarnya melalui rekaman live streaming di Facebook.
Video tersebut dengan cepat telah menyebar di dunia maya. Hingga Senin 10 Oktober sore waktu setempat setidaknya rekaman itu telah disaksikan lebih 2,4 juta kali.
Woodley yang juga membintangi sejumlah film seperti serial The Divergent dan Snowden ini diketahui telah bergabung dengan kelompok Standing Rock Sioux di North Dakota. Kelompok itu memprotes pembangunan pipa senilai US$ 3,7 miliar.
Pipa tersebut nantinya akan terbentang sepanjang 2.966 km dan melintas negara bagian Iowa, Illinois, North Dakota dan South Dakota.
Perusahaan di balik proyek itu, Energy Transport Partners mengatakan pihaknya akan mengompensasi pembangunan tersebut melalui peningkatan ekonomi lokal. Mereka juga menjamin, transfer minyak melalui pipa akan jauh lebih aman dibanding mengangkutnya dengan kereta api atau tanki.
Tapi aktivis lingkungan meyakini bahwa pengangkutan hingga 570 ribu barel per hari akan membahayakan saluran air setempat.
Masyarakat adat setempat juga percaya bahwa pembangunan pipa akan merusak situs bersejarah.