Liputan6.com, Bima - Kesal dibiarkan belajar mengajar secara lesehan selama tiga tahun terakhir, puluhan guru dan siswa SMPN 5 Monta, Kabupaten Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB), menyegel ruangan sekolah.
Aksi tersebut dilakukan karena pihak sekolah dan Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga (Dikpora) Kabupaten Bima terkesan tak peduli dengan kondisi siswa yang belajar tanpa meja dan kursi.
Mereka menyegel empat ruangan, yaitu tiga ruang kelas dan satu ruang kepala sekolah, dengan menggunakan kayu dan paku.
Salah seorang guru, Ijan mengaku aksi ini dilakukan sebagai bentuk keprihatinan terhadap kondisi sekolah yang tidak pernah digubris pemerintah baik provinsi maupun kabupaten sehingga terkesan menyiksa anak didik mereka.
"Kami berharap dengan aksi ini, nurani pemerintah terketuk, sehingga dapat melihat langsung bagaimana kondisi siswa-siswi di sini," ujar Ijan, Senin, 11 Oktober 2016.
Selain itu, kata Jjan, penyegelan sekolah dilakukan sebagai bentuk protes keras terhadap kepala sekolah. Menurut dia, kepala sekolah dinilai lamban dan menutup mata melihat keprihatinan siswa didiknya.
"Masa siswa dibiarkan untuk terus belajar di lantai? Padahal, tersedia dana BOS senilai ratusan juta. Ngakunya pernah lobi-lobi, tapi faktanya sampai sekarang tak terealisasi," kata Ijan.
Mereka mengancam akan terus menyegel ruangan-ruangan tersebut hingga tuntutan mereka terpenuhi. "Ini kami lakukan semata-mata demi dan untuk kenyamanan siswa. Karenanya, kami berharap Bupati Bima melalui Dinas Dikpora dapat menjawab apa yang menjadi kebutuhan mendesak di sekolah ini," ujar Ijan.
Sementara itu, Kepala SMPN 5 Monta Abdi Alwi membenarkan adanya kekurangan meja dan kursi di tiga ruangan kelas di sekolah tersebut. Abdi juga mengaku telah mengajukan permohonan bantuan ke Dikpora setempat.
"Kami sudah berkali-kali mengajukan permohonan ke Dinas Dikpora. Namun sekarang, pihak Dinas sedang memprosesnya," ucap dia.
Advertisement