Harapan Kenaikan Bunga AS Tekan Harga Emas

Nilai tukar dolar AS yang menguat memberikan tekanan kepada emas dan komoditas dengan denominasi dolar AS.

oleh Arthur Gideon diperbarui 12 Okt 2016, 05:35 WIB
Harga emas tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta).

Liputan6.com, New York - Harga emas tertekan pada penutupan perdagangan Selasa (Rabu pagi waktu Jakarta). Sentimen pendorong penurunan harga emas adalah penguatan dolar Amerika Serikat (AS) dan ekspektasi bahwa suku bunga Bank Sentral AS akan naik dalam beberapa bulan ke depan.

Mengutip Wall Street Journal, Rabu (12/10/2016), harga emas untuk pengiriman Desember ditutup turun 0,4 persen ke angka US$ 1.255,90 per troy ounce di divisi Comex New York Mercantile Exchange. Harga logam turun hampir 5 persen di bulan ini.

Wall Street Journal Index yang merupakan indeks untuk mengukur nilai tukar dolar AS terhadap mata uang utama lainnya baru-baru ini naik 0,7 persen ke angka 88,22.

 

Nilai tukar dolar AS yang menguat ini memberikan tekanan kepada emas dan komoditas dengan denominasi dolar AS lainnya. Hal ini bisa terjadi karena penguatan dolar AS membuat harga komoditas tersebut menjadi lebih mahal bagi investor luar negeri.

Sentimen lain yang menekan harga emas adalah pernyataan dari pejabat Bank Sentral AS atau The Federal Reserve (The Fed) Chicago Charles Evans yang menyatakan bahwa pijakan ekonomi AS sudah cukup kuat dan sehat. Oleh karena itu, kenaikan suku bunga bukan tidak mungkin dilakukan dalam waktu dekat ini.

Emas harus berjuang keras jika suku bunga naik. Alasannya, emas harus bersaing dengan instrumen investasi lain yang menawarkan kenaikan harga sekaligus bunga.

Ekspektasi bahwa suku bunga akan naik terus meningkat dalam beberapa hari terakhir. Berdasarkan survei Wall Street Journal kepada analis dan ekonom, responden yang yakin bahwa Bank Sentral AS akan menaikkan suku bunga pada Desember nanti mencapai 70 persen, naik 50 persen jika dibandingkan dengan pertengahan September lalu.

Pada Rabu waktu setempat, The Fed akan mengeluarkan resume rapat yang dilakukan pada September lalu.

"Permintaan akan instrumen safe haven turun, risiko profit taking dan prospek kenaikan dolar AS terus menguat," jelas Kepala Riset Komoditas Julius Baer, Norbert Rucker. Memang, harga emas telah meningkat 17 persen jika dihitung sejak awal tahun. (Gdn/Ndw)

 

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya