Liputan6.com, New York - Profesor Oliver Hart dan Bengt Holmstrom mendapat penghargaan Nobel di bidang ekonomi. OliverHart yang saat ini berusia 68 tahun merupakan profesor ekonomi yang mengajar di Harvard. Sedangkan Bengt Holmstrom yang berusia 67 merupakan profesor di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Penghargaan Nobel ini diberikan oleh Royal Academy of Sciences di Stockholm, Swedia.
Seperti dilaporkan CNNMoney, Rabu (12/10/2016), kedua profesor ini meraih penghargaan Nobel berkat kontribusinya pada teori kontrak baik untuk sektor bisnis, keuangan maupun kebijakan publik.
"Teori kontrak sangat penting untuk masyarakat modern. Penelitian yang dilakukan oleh Hart dan Holmstrom menyoroti bagaimana teori kontrak dapat menolong kita dalam konflik kepentingan" tulis Royal Academy of Sciences dalam pengumumannya.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, Holmstrom sendiri telah melakukan penelitian tentang teori kontrak di dunia kerja. Termasuk diantaranya yang melibatkan CEO dan pemegang saham.
"Di dunia ekonomi, kita tidak terlalu peduli akan besarnya bonus, walaupun bonus tersebut bisa sangat besar," ungkap Holmstrom saat ditanya mengenai bonus jutaan dolar AS yang bisa didapat oleh CEO.
Sementara Hart lebih mengulik tentang penyedia layanan publik, seperti sekolah, rumah sakit, atau penjara. Penelitian tersebut menitikberatkan apakah layanan ini harus dikelola secara privat atau bisa dikelola selayaknya layanan umum lainnya.
Dalam penelitian ini, Hart berupaya untuk menunjukkan dampak pemberian insentif kepada kualitas layanan.
"Hart dan rekannya fokus untuk meneliti penjara yang dikelola secara privat. Otoritas federal di Amerika Serikat sedang memberhentikan penggunaan penjara jenis ini. Hal ini dikarenakan kondisi penjara yang dikelola secara privat justru lebih buruk dibanding penjara yang dikelola pemerintah," tulis Royal Academy of Sciences.
Penghargaan Nobel di bidang ekonomi telah diberikan sejak tahun 1969. Tahun 2015 lalu, Profesor asal Princeeton University Angus Deaton berhasil mendapatkan penghargaan prestisius tersebut berkat penelitian tentang kemiskinan. (Vna/Gdn)