Liputan6.com, Jakarta - Peletakan batu pertama (groundbreaking) pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap Ekspansi Fase II dilaksanakan pada hari ini. PLTU Cilacap merupakan salah satu proyek yang masuk dalam program 35 ribu megawatt (MW) yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). PLTU Cilacap Ekspansi Fase II ini memiliki kapasitas 1x1.000 MW.
Pengembang dari pembangkit listrik yang berlokasi di Desa Karang Kandri, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, ini adalah PT Sumber Segara Primadaya (SSP) dan PT Pembangkitan Jawa Bali (PJB) dengan skema Independent Power Producer (IPP).
Nilai investasi proyek ini diperkirakan mencapai US$ 1,094 miliar. Proyek ini ditargetkan selesai dan mulai beroperasi pada 2020.
Baca Juga
Advertisement
Sebelumnya, pada Juni 2016 PT PLN (Persero) berhasil menambah pasokan listrik untuk memperkuat sistem listrik Jawa–Bali setelah beroperasinya Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cilacap Ekspansi Fase I 1x660 MW.
Listrik dari PLTU Cilacap ekspansi yang berlokasi di Desa Karang Kandri, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, ini masuk ke dalam interkoneksi Jawa–Bali melalui jaringan 500 kV Adipala-Kesugihan.
PLTU Cilacap ekspansi akan menambah pasokan hingga 660 MW dan berpotensi menambah pelanggan baru hingga 350 ribu pelanggan, serta akan memperkuat keandalan operasi sistem Jawa-Bali secara keseluruhan dan meningkatkan kualitas pelayanan kepada pelanggan.
PLTU Cilacap ekspansi 1 dibangun di atas tanah seluas 39,28 hektare di lokasi yang sama dengan PLTU eksisting Cilacap 2 x 300 MW. PLTU Cilacap Ekspansi dikembangkan oleh S2P dengan sponsor PT Sumber Energi Sakti Prima 51 persen dan PT Pembangkitan Jawa Bali 49 persen.
Proyek ini merupakan kelanjutan dari proyek 7ribu MW yang dibangun oleh Independent Power Producer (IPP) atau pengembang swasta dengan durasi pembangunan lebih cepat dari kontraktual yakni hanya 32 bulan saja. Nantinya akan dibeli oleh PLN seharga US$ 7.5534 cent per KwH dengan asumsi harga batubara US$ 72,06 per ton. (Dny/Gdn)