Batu dari Merapi Bantu Pemugaran Candi Palgading

Candi Palgading yang digunakan untuk ritual penyembahan dinilai istimewa karena berbeda dari candi kebanyakan.

oleh Switzy Sabandar diperbarui 12 Okt 2016, 12:32 WIB
Candi Palgading yang digunakan untuk ritual penyembahan dinilai istimewa karena berbeda dari candi kebanyakan. (Liputan6.com/Switzy Sabandar)

Liputan6.com, Yogyakarta - Candi Palgading yang berlokasi di Desa Sinduharjo, Kecamatan Ngaglik, Sleman selesai dipugar, Senin (10/10/2016). Meskipun demikian, hanya satu dari empat Candi Palgading yang berhasil dipugar secara utuh.

"Dua bangunan candi sudah tidak ada atapnya, hanya rangka saja, sedangkan satu bangunan candi lainnya masih tertimbun tanah dan belum bisa dibebaskan karena berada di lahan orang," ujar Wahyu Astuti, Kepala Seksi Perlindungan dan Pemanfaatan Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Yogyakarta, Selasa (11/10/2016).

Ia menjelaskan pemugaran Candi Budha yang memakan waktu 150 hari ini menggunakan ratusan blok batu andesit yang diperoleh dari Merapi. Candi yang dipugar juga relatif kecil, tidak lebih dari 100 meter persegi.

Candi di bagian utara berukuran 8,85 meter x 8,85 meter, candi di bagian tengah berukuran 8,6 meter x 6,35 meter, dan di bagian selatan berukuran 13,23 meter x 17 meter.

Sebelum proses pemugaran, kata Wahyu, dilakukan kajian kelayakan dan ekskavasi yang membutuhkan waktu tiga tahun. Candi yang dibuat sekitar abad ke-9 sampai 10 Masehi ini pertama kali ditemukan pada 2006.

Ia mengungkapkan, dalam proses pemugaran ditemukan fakta Candi Palgading berbeda dengan kebanyakan candi pada umumnya. Tipe denah empat candi berbeda, padahal biasanya ada satu candi induk dan tiga perwara.

Luas candi juga diperkirakan lebih dari yang diketahui saat ini. Terbukti, ada pagar di sisi timur tetapi tidak diketahui batas utara dan selatannya.

"Ada kemungkinan sampai satu hektare, masih kemungkinan kalau melihat pagarnya," ucap Wahyu.

Ia juga menyebutkan candi yang digunakan untuk ritual penyembahan ini memiliki dua arca, yakni Awalokiteshwara dan Amittaba. Awalokiteshwara merupakan simbol penyembahan Boddhisatwa dalam Agama Budha yang dikenal juga sebagai dewa kasih sayang, dewa asih serta dewa penjaga.

Wahyu menuturkan sampai saat ini, prasasti yang menjelaskan keberadaan Candi Palgading secara rinci belum ditemukan sehingga keterangan seputar masyarakat yang hidup di zaman itu belum bisa diuraikan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya