Liputan6.com, New York - Hillary Clinton tak henti-hentinya diserang dengan skandal surat elektronik (surel) atau email. Setelah insiden pemakaian server pribadi saat ia menjabat jadi Menlu AS, minggu lalu situs pembocor WikiLeaks mengungkap lebih dari 50.000 email lainnya yang berisi hal-hal yang cukup sensitif.
Setelah membocorkan email tentang 'kongkalingkong' antara Hillary dan Wall Street, salah satu surat elektronik menyebut anak tunggal mantan Menlu itu, Chelsea, sebagai bocah manja -- WikiLeaks 'berjanji' bakal membocorkan surel lainnya.
Advertisement
Kali ini, email antara Hillary dengan John Podesta, ketua kampanye pemenangan dirinya yang dibeber. Komunikasi antar keduanya terjadi pada Agustus 2014. Kala itu, Podesta masih menjadi penasihat Obama.
Email tersebut berisi 8 poin rencana tentang bagaimana membasmi kelompok ISIS dengan melibatkan pasukan Kurdi di Suriah dan Irak.
Pertukaran email antara Hillary dan Podesta juga menyebut negara-negara Teluk seperti Arab Saudi dan Qatar secara klandestin atau diam-diam menjadi pendukung ISIS dalam hal keuangan dan logistik. Padahal, seperti tertera dalam email, di depan AS, mereka berperan sebagai koalisi.
"Sementara operasi militer dan paramiliter berlangsung, kita harus menggunakan jalur diplomatik dan intelijen untuk menekan pemerintah Qatar dan Arab Saudi yang diam-diam mendukung keuangan serta logistik untuk ISIS serta grup radikal Sunni lainnya di kawasan," tulis Hillary dalam sebuah email seperti dilansir dari The Independent, Rabu (12/10/2016).
Arab Saudi maupun Qatar membantah tuduhan yang menyebut mereka mendukung ISIS.
Para ahli berspekulasi bahwa email-email Podesta merupakan bagian dari insiden peretasan Konvensi Nasional Demokrat atau Democratic National Convention. Mereka juga curiga bahwa pemerintah Rusia menggunakan WikiLeaks sebagai alat untuk mencampuri pemilu presiden AS yang akan dilakukan pada November 2016 nanti.
Pemerintah Obama berkomentar bahwa email yang dibocorkan oleh WikiLeaks itu "konsisten dengan metode dan motivasi Rusia."
Tim Hillary belum mengeluarkan pernyataan terkait hal ini.
Selain email antara Podesta dengan Hillary, terdapat surel lainnya antara pria itu dengan grup musik Blink 183 tentang UFO.
Vokalis Tom DeLonge mengirim email pada penasihat senior itu setidaknya 2 kali, isinya tentang minat mereka berdua tentang kehidupan ekstrateresial.