Liputan6.com, Jakarta Desainer internasional dari Malaysia dan India ambil bagian dalam Yogyakarta International Batik Biennale yang digelar di Jogja Expo Center (JEC), 12-16 Oktober 2016 ini. Mereka akan memamerkan batik khas negaranya pada perhelatan fashion show hari kedua di Royal Ambarrukmo Hotel.
"Unesco sudah menetapkan batik sebagai warisan budaya Indonesia dan akar rumpun batik dari Jogja," ujar Afif Syakur, project desainer fashion show dalam jumpa pers di JEC, Selasa (11/10/2016).
Advertisement
Ia menuturkan, pergelaran yang baru pertama kali diadakan ini, digelar seiring dengan predikat Yogyakarta sebagai kota Batik dunia. Dampaknya, selain melestarikan budaya batik juga perlu menjadikan batik sebagai komoditas ekonomi lewat dunia fashion.
Ia menyebutkan, ada 90 desainer yang terlibat dalam acara ini. Setiap malam akan digelar fashion show bertema batik yang menampilkan beragam mode. Mereka adalah Darie Gunawan, Endarwati, Djoko Margono, Noor Arief, Lia Mustafa, Defika Hanum, dan sebagainya.
"Para desainer dituntut tidak hanya menghadirkan motif batik yang sudah ada tetapi motif batik baru yang bernilai filosofis," ucap Afif.
Pasalnya, tutur dia, untuk melestarikan batik diperlukan memasyarakatkan batik dalam kehidupan sehari-hari. Mereka tidak hanya mengenal batik sebagai produk fashion melainkan ada nilai-nilai yang terkandung di dalamnya.
Ia memaparkan, sejarah dan makna batik juga ditampilkan di sini melalui batik dalam daur kehidupan manusia dan pengaruh asing, seperti India dan Cina, dalam perkembangan batik di Indonesia.
"Di acara ini bisa dipelajari dan dilihat motif batik yang melambangkan kehidupan sampai kematian," kata Afif.
Switzy Sabandar