Liputan6.com, Jakarta - Kasus Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Universitas Indonesia (UI) yang jasadnya ditemukan di danau kampus pada Kamis, 26 Maret 2015, masih menyisakan misteri. Bahkan penanganan kasus ini tumpang tindih, yaitu di Polda Metro Jaya dan Polres Metro Kota Depok.
Kapolrestro Kota Depok Kombes Harry Kurniawan mengatakan, pihaknya siap bila berkas kasus Akseyna atau Ace kembali dibuka penyelidikannya.
Advertisement
"Kami masih menunggu instruksi. Kalau memang akan kembali ditangani Polres Depok, kami siap," ujar Harry kepada Liputan6.com di Polda Metro Jaya, Kamis (13/10/2016).
Sempat mereda di tengah sorotan masyarakat, kasus tersebut kembali mencuat saat kepemimpinan Direktur Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya, Kombes Krishna Murti.
Krishna saat awal menjabat bersama timnya berupaya membongkar misteri kematian Ace. Temuan penyelidikan menguatkan bahwa Ace dibunuh, bukan bunuh diri. Salah satu temuan yang mengindikasikan kuat Ace dibunuh adalah jejak moncong sepatu Ace yang tampak seperti bekas diseret.
"Awalnya kasus ini kami yang menangani, tapi saat itu belum kepemimpinan saya. Kalau kembali diserahkan ke Depok, kami siap membuka kembali berkasnya," ucap Harry.
Jasad Akseyna Ahad Dori ditemukan mengambang di Danau Kenanga UI. Jasadnya ditemukan dalam kondisi membengkak, tanpa identitas dan menggendong ransel berisi 5 buah batu conblock.
Senin 30 Maret 2015, jasad misterius itu teridentifikasi. Sepasang suami istri asal Yogyakarta mendatangi Mapolresta Depok dan RS Polri Kramat Jati, mereka yakin jasad tersebut adalah putranya, Akseyna Ahad Dori, mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Jurusan Biologi UI.
Ace diketahui menghilang berhari-hari. Ia adalah anak seorang Perwira Menengah TNI Angkatan Udara (AU) Kolonel (Sus) Mardoto. Polisi semula berkeyakinan Akseyna mati bunuh diri karena mendapati surat wasiat yang diduga ditulis Ace di kamar kosnya.