Cerita Mahasiswi Peserta Terbaik Dicoding Academy

Tekno Liputan6.com berkesempatan untuk mewawancarai salah seorang peserta terbaik Dicoding Academy yang didukung Lenovo.

oleh M Hidayat diperbarui 13 Okt 2016, 16:26 WIB
Tesyant, salah seorang peserta terbaik Program Pendidikan Lenovo yang menggandeng Dicoding. Liputan6.com/Mochamad Wahyu Hidayat

Liputan6.com, Jakarta - Lenovo menggandeng platform pengembang lokal Dicoding untuk membina pengembang lokal muda dan berbakat di Indonesia. Melalui Program Pendidikan Lenovo, beasiswa senilai Rp 100 juta disalurkan untuk meningkatkan kemampuan pengembang yang tergabung di Dicoding Academy.

Adapun lima orang peserta terbaik Dicoding Academy di Program Pendidikan Lenovo adalah Miftakhul Firdaus (Surabaya), Tesya Nurintan (Yogyakarta), Danviero Yuzwan (Jakarta), Iskandar Idris (Jakarta), dan Arrival Sentosa (Bandung).

Usai penyerahan sertifikat dan hadiah dari Lenovo, hari ini (13/10/2016) Tekno Liputan6.com berkesempatan untuk mewawancarai salah seorang peserta terbaik yaitu Tesya Nurintan. Gadis yang masih berstatus sebagai mahasiswi di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga ini tengah dalam proses merampungkan aplikasinya.

"Produk yang aku bikin (memberi solusi) untuk permasalahan tentang sawit. Kebetulan aku asalnya dari Palembang. (Petani di Palembang) kesulitan (mendapatkan) pupuk. Jadi, (produk ini) mau memudahkan petani untuk mendapatkan pupuk dari distributor langsung," ujar gadis yang akrab disapa Tesyant tersebut kepada Tekno Liputan6.com.

Tesyant, yang saat ini duduk di semester tiga, menargetkan produknya bisa rampung di tahun ini. Gadis berjilbab ini mengatakan, Dicoding berperan besar dalam program yang ia ikuti.

"Peran Dicoding sangat besar sekali. Selain memberikan akademi (materi), Dicoding juga memfasilitasi para peserta, misalnya, dalam mempromosikan produk, dan lain-lain," tutur Tesyant.

Penolakan orang tua
Diakui Tesyant, pada awalnya orang tua sempat menyetujui pilihannya untuk menimba ilmu di jurusan Teknik Informatika. Namun seiring waktu berjalan, orang tuanya pun mendukung pilihannya.

"Awalnya sempat dilarang, tapi makin ke sini orang tua lihat aku ke sana kemari (ikut lomba, dll.). Aku kasih gambaran ke orang tua juga kalau dunia TI itu luas sekali, banyak yang bisa kita lakukan. Kita juga bisa menjadi bermanfaat buat orang lain," kata gadis yang bercita-cita menjadi pemrogram (programmer) tersebut. 

(Why/Isk)

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya