Liputan6.com, Yerusalem - Badan Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, UNESCO, mengutuk eskalasi agresi Israel terhadap situs suci di Kota Tua Yerusalem yang oleh umat muslim dikenal sebagai Kompleks Al-Haram asy-Syarif atau Temple Mount.
Dalam resolusi yang disahkan pada Kamis 13 Oktober kemarin, UNESCO juga mengakui bahwa situs suci tersebut sebagai bagian dari warisan budaya umat muslim. Sikap UNESCO ini memicu reaksi keras dari politikus Israel. Demikian seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (14/10/2016).
Advertisement
Resolusi UNESCO ini didukung oleh 24 negara. Sementara itu, enam negara menentang dan 26 abstain. Amerika Serikat, Inggris, Jerman, Belanda, Lithuania, dan Estonia diketahui sebagai pihak yang menolak. Sementara Rusia dan China masuk dalam kelompok yang mendukung resolusi tersebut.
UNESCO menyebut dalam resolusinya bahwa kebebasan umat muslim untuk beribadah dibatasi dengan 'meningkatnya agresi dan tindakan ilegal' Israel.
"Sangat disesalkan penyerbuan yang dilakukan secara terus-menerus ke Masjid Al-Aqsa dan Kompleks Al-Haram asy-Syarif oleh ekstremis sayap kanan Israel dan pasukan tanpa seragam... (dan) pendudukan secara paksa oleh pejabat Israeli Antiquities (Badan Prasejarah Israel)," sebut resolusi tersebut.
Uri Ariel, seorang menteri asal sayap kanan di pemerintahan koalisi Israel menyerukan agar negara itu menanggapi resolusi UNESCO dengan meningkatkan aktivitas di situs suci tersebut.
"Terlebih saat ini, hal itu tergantung pada kita sebagai sebuah pemerintahan untuk bertindak menyimpang dari resolusi itu dan memperkuat Temple Mount dengan kehadiran umat Yahudi," ujar Ariel dalam suratnya kepada Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu.
Sementara itu, Pemimpin Partai Buruh Israel, Isaac Herzog juga menolak resolusi UNESCO. Ia bereaksi melalui media sosial Facebook.
"UNESCO mengkhianati misi mereka dan memberi citra buruk pada diplomasi dan institusi internasional. Siapa pun yang ingin menulis ulang sejarah untuk mendistorsi fakta dan benar-benar menciptakan fantasi bahwa Temple Mount tidak terkait dengan umat Yahudi hanya menceritakan kebohongan yang pada akhirnya meningkatkan kebencian," tulis Herzog.