Liputan6.com, Solo - Demonstrasi mengecam Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok tak hanya terjadi di Ibu Kota. Aksi serupa berlangsung di Solo, Jawa Tengah. Ribuan pengunjuk rasa mendatangi Mapolresta Solo untuk menyuarakan aspirasi mereka agar menangkap dan mengadili Ahok atas dugaan penistaan agama.
Pantauan Liputan6.com, Jumat (14/10/2016) siang, ribuan orang mengatasnamakan Laskar Umat Islam Surakarta, Dewan Syariah Kota Surakarta, Laskar Hizbullah, santri Pesantren Al-Mukmin Ngruki, dan elemen lainnya terlihat berkumpul di Masjid Kota Barat, Solo.
Setelah itu, mereka pun berjalan kaki menuju Mapolresta Solo yang berjarak sekitar 1,2 kilometer. Para demonstran terlihat membawa berbagai poster kecaman terhadap Ahok, di antaranya "Tangkap dan Adili Ahok".
Baca Juga
Advertisement
Unjuk rasa tersebut menyebabkan arus lalu lintas di jalan utama depan Mapolresta Solo dialihkan. Sebab, seluruh badan jalan dipenuhi oleh massa peserta aksi.
Aksi protes itu mendapat penjagaan yang ketat dari aparat kepolisian. Bahkan, satu unit kendaraan taktis water cannon disiapkan di pintu gerbang Mapolresta Solo.
Mahasiswa Bengkulu Juga Demo Ahok
Selain Solo, unjuk rasa mengecam Ahok juga berlangsung di Bengkulu. Puluhan mahasiswa gabungan Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM), dan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Muhammadiyah (BEM UMB) Bengkulu melaporkan Ahok ke aparat kepolisian.
Laporan ini terkait dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok saat memberikan pidato di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016.
Sebelum melapor ke Polda Bengkulu, gabungan mahasiswa itu berjalan kaki dari Masjid Jamik menuju kawasan Simpang Lima dan menggelar unjuk rasa.
Di bawah guyuran hujan gerimis, para mahasiswa menggemakan takbir sambil mengutuk pernyataan Ahok yang dinilai sudah sangat berlebihan.
Demonstran juga mendesak kepada aparat kepolisian untuk mengadili dan menjatuhkan hukuman pidana kepada Ahok. Meskipun dia sudah meminta maaf, proses hukum harus tetap dilanjutkan.
Para pengunjuk rasa juga menyampaikan pesan khusus kepada para anggota DPR dan DPD RI dari daerah pemilihan Bengkulu, yang mewakili suara rakyat Bengkulu di parlemen. Para mahasiswa juga meminta wakil rakyat bersikap dan tidak hanya bersembunyi di balik meja.
Demonstran di Medan Gelar Tablig Akbar
Demonstrasi mengecam Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok berlangsung pula di Kota Medan, Sumatera Utara. Ratusan orang yang tergabung dalam Gerakan Umat Anti Penistaan Agama Islam menggelar aksi protes di depan Masjid Agung, Jalan Diponegoro, Medan, Jumat siang tadi.
Koordinator aksi Gerakan Umat Anti Penistaan Agama Islam, Ahsanul Fuad Saragih mengatakan, unjuk rasa digelar sebagai bentuk kecaman atas pernyataan Ahok yang diduga menistakan agama.
"Pernyataan yang keluar dari mulut Ahok merusak konsensus negara kita. Pernyataan tersebut ancaman disabilitas dan disintegritas bagi bangsa," ucap Fuad di lokasi demonstrasi, Jumat (14/10/2016).
Sebagai umat beragama, menurut Fuad, pihaknya telah memberikan maaf kepada Ahok yang juga telah meminta maaf atas dugaan penistaan. Namun proses hukum tetap harus berjalan.
Usai orasi, massa kemudian masuk ke Masjid Agung untuk melaksanakan tablig akbar. Mereka pun berencana melaporkan dugaan penistaan agama tersebut ke Polrestabes Medan. "Fokus kita ke penistaan agama. Tidak ada persoalan lain," ujar Fuad.
Sebelum berunjuk rasa, massa berkumpul di lima titik yang telah direncanakan. Mereka kemudian berjalan kaki menuju Masjid Agung. Dalam aksinya, massa membawa poster berisi kecaman terhadap Ahok.
Aksi protes ini mendapat pengawalan dari kepolisian. Sebanyak 620 personel gabungan diturunkan untuk mengamankan jalannya demonstrasi mengecam Ahok.
Polda Sulsel Tebar Mata-Mata
Aparat Polda Sulawesi Selatan saat ini sibuk mengantisipasi merebaknya demonstrasi terkait dugaan penistaan agama oleh Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok saat memberikan pidato di Kepulauan Seribu pada 27 September 2016.
Kabid Humas Polda Sulsel Kombes Frans Barung Mangera mengatakan, polisi telah menyiapkan sedikitnya 1200 personel yang tersebar di seluruh polres dan polrestabes yang ada di wilayah hukumnya.
"Kita siapkan personel untuk pengamanan 1.200 personel. Itu tersebar di seluruh Polres yang ada di Sulsel," kata Frans di Makassar, Jumat (14/10/2016).
Ia menjelaskan, Polda Sulsel juga menyebar mata-mata untuk mencari informasi mengenai rencana aksi demonstrasi dari kelompok ormas dan aktivis maupun organisasi keagamaan lainnya. Terutama, bila ada di antara mereka yang akan memprovokasi unjuk rasa.
"Kita sudah sebar personil intel untuk melacak jika ada gerakan yang tidak terorganisir dan jika ada gerakan yang provokatif," Frans menambahkan.
Berdasarkan informasi yang diperoleh Liputan6.com, sejak Senin, 10 Oktober 2016, sejumlah aktivis dan ormas Islam telah menggelar demonstrasi di beberapa kota yang ada di Sulsel. Mereka mengecam Ahok karena dinilai menyinggung agama tertentu.
Advertisement