Liputan6.com, Jakarta - PT PLN (Persero) siap menerangi 14 kabupaten di Provinsi Papua dan Papua Barat, setelah mengambilalih pengoperasian seluruh pembangkit dan jaringan listrik yang sebelumnya dilakukan pemerintah daerah (Pemda) pada 14 kabupaten tersebut.
Direktur Bisnis Regional Maluku dan Papua Haryanto W.S, kehandalan pasokan listrik pada 14 kabupaten tersebut dipastikan setelah dilakukannya Serah Terima Operasi (STO) sistem kelistrikan yang ada di daerah tersebut kepada PLN pada 17 Agustus 2016 lalu.
"Bertepatan dengan Hari Listrik Nasional pada 27 Oktober 2016, terdapat dua kabupaten yang akan dilistriki oleh PLN, yaitu Dekai ibukota Kabupaten Yahukimo dan Wagete ibukota Kabupaten Deiyai," lanjut Haryanto, di Jakarta, Minggu (16/10/2016).
Haryanto menegaskan, PLN secepatnya melakukan pengembangan dan penyempurnaan sistem kelistrikan yang ada. Selanjutnya, PLN akan membangun pembangkit dan jaringan distribusi baru dalam rangka memperluas daerah layanan dan meningkatkan rasio elektrifikasi di 14 kabupaten tersebut.
Empat belas kabupaten tersebut adalah Yahukimo, Puncak Jaya, Yalimo, Mamberamo Tengah, Mamberamo Raya, Intan Jaya, Lanny Jaya, Tolikara, Puncak, Deiyai, Pegunungan Arfak, Raja Ampat, Tambrauw dan Teluk Wondama.
Bertepatan dengan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI yang lalu, PLN telah melistriki Waisai ibukota Kab. Raja Ampat, Anggi ibukota Kab. Pegunungan Arfak, dan Rasiei ibukota Kab. Teluk Wondama. Untuk itu, selama 2016 sudah sebanyak lima ibukota kabupaten di Papua dan Papua Barat terlistriki oleh PLN.
“Karena adanya keinginan masyarakat dan tekad PLN untuk menerangi seluruh Nusantara telah mendorong terwujudnya kerjasama strategis ini," ungkap Haryanto.
Untuk tahap pertama, PLN akan mengelola dan mengoperasikan pembangkit listrik di lima kabupaten, yakni Raja Ampat, Pegununan Arfak, Deiyai, Teluk Wondama dan Yahukimo. Masing-masing daerah ini telah memiliki pembangkit listrik berupa mesin diesel dengan kapasitas 1.500 kilo Watt (kW) untuk Raja Ampat, 1.000 kW di Teluk Wondama dan 500 kW di Pegunungan Arfak.
Advertisement
"Untuk dua kabupaten lainnya, PLN sudah melakukan inventarisasi sistem kelistrikan di sana, menyusul kemudian sembilan kabupaten lainnya pada 2017," terangnya.
Dari program melistriki 14 kabupaten, PLN mendapatkan penambahan jumlah pelanggan sebanyak 15.795 atau setara dengan peningkatan rasio elektrifikasi di Provinsi Papua dan Papua Barat sebesar 1,67 persen.
Sebagai informasi, secara keseluruhan sampai dengan 2016 rasio elektrifikasi di Provinsi Papua baru mencapai 45,93 persen sedangkan Provinsi Papua Barat sebesar 82,7 persen.
Tantangan terbesar
Tantangan Listriki Papua
Haryanto menjelaskan, tantangan terbesar dalam melistriki wilayah Papua dan Papua Barat, antara lain geografis yang berupa pegunungan dan hutan serta terbatasnya infrastruktur transportasi yang menyebabkan tingginya biaya operasi seperti biaya angkut bahan bakar yang jauh lebih besar dari harga rupiah per kWh.
Sebagai contoh, biaya pengangkutan bahan bakar minyak (BBM) untuk Kab. Mamberamo Tengah sebesar Rp 31.173 per liter, yang berarti biaya produksi listrik per kWh di Kab. Mamberamo Tengah sebesar Rp 10.167, per kWh atau 900 persen dari harga jual rata-rata PLN Papua ke masyarakat.
Namun, tingginya biaya produksi tidak menyurutkan PLN ekspansi di Pulau Papua. Bahkan manajemen berencana mengembangkan pembangkit dan distribusi di sini.
“Akan kami cari cara untuk melistriki semua wilayah Papua dan Papua Barat keseluruhannya pada 2020. Tapi tetap mengedepankan standar keselamatan PLN,” tuturnya.
Terkait anggaran, untuk lima kabupaten yang akan dialiri listrik oleh PLN pada tahun ini, PLN mengestimasi bakal menyedot bahan bakar minyak (BBM) sebanyak 8.713.115 liter per tahun. Padahal ongkos angkut BBM-nya per liter Rp1.500–2.547 per liter.
“Biaya operasional untuk lima kabupaten, yaitu Kabupaten Raja Ampat, Pegunungan Arfak, Deiyai (Provinsi Papua Barat); Kabupaten Teluk Wondama, dan Yahukimo (Provinsi Papua) yang akan teraliri listrik tahun ini nilainya Rp 55,8 miliar. Padahal nilai jualan listriknya hanya Rp 28,58 miliar per tahun,” sebut Haryanto.
Jika ditotal untuk 14 kabupaten yang akan dialiri listrik oleh PLN, untuk konsumsi BBM-nya per tahun sebanyak 15.755.166 liter dengan biaya produksi Rp 191,9 milyar.
“Nilai jual listrik ke konsumen hanya Rp 49,65 miliar. Untuk biaya angkut BBM sangat tinggi bisa Rp 31.388 per liter. Mengapa tinggi? Karena kita tidak bisa mengangkut BBM melalui jalur darat atau laut. Mau tidak mau lewat udara (pesawat), seperti di Puncak Jaya,” jelasnya.
Advertisement