Liputan6.com, Caracas - Seorang ayah, Juan Carlos Herrara, mengaku bahwa anaknya yang berusia 25 tahun dibunuh secara brutal dan jasadnya dimakan oleh narapidana lain selama kerusuhan yang berlangsung selama sebulan di Táchira Detention Center, Venezuela.
Anaknya, Juan Carlos Herrara Jr, dipenjara pada 2015 atas kasus pencurian. Ia terperangkap dalam kerusuhan di penjara yang bermula pada 8 September, di mana delapan pengunjung dan dua penjaga disandera atas kepadatan ekstrem jumlah napi di dalam penjara.
Advertisement
Menurut laporan, 350 pria telah dijejalkan ke dalam penjara yang hanya berkapasitas 120 orang.
"Salah satu dari mereka yang melihat ia dibunuh, melihat segala hal yang terjadi," ujar Herrara kepada awak media sesudah berkunjung ke penjara, tiga hari setelah kerusuhan mereda.
"Anakku dan dua narapidana lainnya dibawa oleh 40 orang, ditusuk, digantung hingga berdarah, dan Dorancel menjagal mereka untuk memberi makan tahanan lain," kata Herrara merujuk Dorancel 'people-eater' Vagas, yang dipenjara pada 1999 atas kasus kanibalisme.
"Narapidana yang berbicara kepadaku mengatakan bahwa ia dipukuli dengan palu (agar) ia mau makan dua jasad laki-laki lain," imbuh dia seperti dikutip dari Independent, Senin (17/20/2016).
Seorang sumber polisi tanpa nama mengonfirmasi Fox News Latino, bahwa dua narapidana menghilang dari kerusuhan itu.
Sementara itu Menteri Urusan Penjara, Iris Varela, mengonfirmasi hilangnya dua orang tahanan, namun membantah tuduhan kanibalisme.
Koordinator Venezuelan Prison Observatory (OVP), Humberto Prado, mengatakan bahwa pihaknya akan meminta Kantor Kejaksaan Umum untuk menyelidiki insiden tersebut dan menyerahkan kasusnya ke Komisi Hak Asasi Manusia PBB.
"Sebelumnya (telah terdapat kejadian), ada jasad tahanan yang dipotong-potong dan beberapa narapidana telah memaksa tahanan lain memakan jari mereka sendiri. Peristiwa itu terjadi di sebuah pusat penahanan di El Tigre," ujar Prado.
Venezuela yang merupakan negara dengan cadangan minyak berlimpah, saat ini mengalami krisis ekonomi parah serta kekurangan bahan pokok dan meningkatnya kriminalitas.
Para warga pun dihadapkan dengan pilihan memberi makan diri mereka sendiri atau hewan peliharaan, bayi disimpan di dalam kardus di rumah sakit yang kekurangan biaya, dan banyak warganya melintasi perbatasan ke Kolombia untuk mencari makanan.