Negara Krisis, Emir Kuwait Bubarkan Parlemen

Kuwait dalam beberapa waktu belakangan dihantam krisis keamanan, ekonomi, dan guncangan politik besar.

oleh Andreas Gerry Tuwo diperbarui 17 Okt 2016, 12:22 WIB
Parlemen Kuwait dibubarkan oleh Emir negara tersebut (Foto: AP Gustavo Ferrari)

Liputan6.com, Kuwait City - Emir Kuwait, Sheikh Sabah al-Ahmad al-Sabah mengambil keputusan mengejutkan. Melalui sebuah dekrit dirinya membubarkan parlemen di negara tersebut.

Bukan cuma itu, Sheikh Sabah al-Ahmad juga memutuskan untuk mempercepat pemilu.

Menurut Kantor Berita Kuwait, KUNA, keputusan itu disampaikan usai sejumlah pejabat pemerintah menggelar rapat darurat.

"Melihat situasi di kawasan dan tantangan keamanan saya memerintahkan membubarkan parlemen yang di dalamnya berisi 50 orang," sebut Sheikh Sabah al-Ahmad seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (17/10/2016).

Keputusan membubarkan parlemen sudah diprediksi. Pasalnya, Ketua Parlemen Kuwait, Marzouk al-Ghanem sehari lalu telah menyerukan untuk menyelenggarakan pemilu dini.

Krisis di Kuwait dimulai sejak parlemen bersikap kritis terhadap pemerintahan. Ada sejumlah penyebab utama kenapa sikap ini diambil.

Di antaranya terkait keputusan pemerintah menaikkan harga minyak dan pelanggaran dalam pengaturan finansial serta pemerintahan.

Sampai saat ini belum ada kepastian kapan pemilu digelar. Namun, sesuai konstitusi Kuwait pemilihan harus digelar dua bulan usai parlemen dibubarkan.

Kuwait adalah negara penghasil minyak di Timur Tengah. Terakhir kali mereka menggelar pemilu pada 2013.

Dalam beberapa waktu belakangan, krisis besar menghantam negara kecil ini. Harga minyak yang terus merosot dan berujung pemotongan subsidi jadi penyebabnya.

Tak cuma masalah ekonomi. Kuwait juga berhadapan dengan masalah keamanan, setelah kelompok ISIS menargetkan serangannya ke negara itu.

Pada 2015 lalu, aksi bom bunuh diri ditargetkan ke masjid kaum Syiah di Kuwait City. Peristiwa ini menelan korban tewas 27 orang.

Selain ekonomi dan keamanan, krisis politik turut melanda. Walau Dinasti Al-Sabah sudah berkuasa sejak 1750, belakangan ini, kaum oposisi mencoba melawan kekuasaan tersebut.

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya