Liputan6.com, Jayapura Upaya PT Pertamina (persero) mendorong harga bahan bakar minyak (BBM) di Papua dan wilayah lainnya menjadi lebih murah bukan tanpa kendala.
Upaya penjegalan kerap datang dari pihak yang selama ini mengambil untung dari tingginya harga BBM dan merasa akan rugi bila masyarakat mendapatkan pasokan dari Pertamina sesuai dengan harga pasar.
Direktur Pemasaran PT Pertamina Ahmad Bambang mencontohkan, kondisi ini seperti yang terjadi di Intan Jaya, Papua. Rencana Pertamina menurunkan harga BBM mendapatkan perlawanan dari beberapa pihak.
"Terakhir jalan Intan Jaya, sementara yang lain sudah duluan di Agustus. Intan Jaya harapan saya mulai berlaku September tapi ternyata ada pertentangan. Ada oknum bisnis BBM dan mengambil manfaat dari tingginya harga BBM. Jadi kalau suplai drop, bisnis hilang. Ini adalah termasuk orang berpengaruh, Jadi perjuangan di Intan Jaya jauh lebih berat, meski yang lain dukung," ujar dia di Jayapura, Papua, Senin (17/10/2016).
Baca Juga
Advertisement
Dia menuturkan, selama ini harga BBM di beberapa wilayah di Papua sangat tinggi, berkisar antara Rp 10 ribu bahkan sampai Rp 100 ribu per liter. Sejumlah pihak tersebut yang mengambil manfaat dari tingginya kebutuhan BBM di masyarakat.
Dia pun mengaku melakukan koordinasi dengan banyak pihak, mulai dari instansi pemerintah pusat di tingkat menteri hingga pemerintah daerah maupun aparat keamanan untuk mengawal program penurunan harga BBM yang dikenal dengan BBM Satu Harga ini.
"Saya akhirnya sampai menggunakan operasi dengan dijaga Polri, Polsek itu juga masih disuruh bubar. Saya laporan ke Pak Tjahjo (Mendagri), Bu Rini (Menteri BUMN), gubernur bupati dan akhirnya semua beres," tutur Ahmad Bambang.
Pertamina (Persero) menargetkan harga bahan bakar minyak (BBM) di seluruh wilayah di Indonesia memiliki harga yang sama pada 2017. (Nrm/Ahm)