Liputan6.com, Alaska - Akibat kegagalan produksi Galaxy Note 7, smartphone tersebut sempat menyebabkan ledakan dan kebakaran.
Bahkan, baru-baru ini sejumlah maskapai penerbangan Amerika Serikat melarang penumpang membawa serta perangkat tersebut memasuki pesawat.
Sebelum pelarangan tersebut, sebuah maskapai penerbangan bernama Alaska Airlines, Kamis lalu mengunggah sebuah informasi keamanan di lamannya.
Baca Juga
Advertisement
Dalam unggahan tersebut, terlihat foto sebuah tas yang dapat menahan api. Kemungkinan, tas ini dimaksudkan untuk menaruh perangkat Galaxy Note 7 selama dalam penerbangan.
"Dalam kasus baterai lithium-ion yang terbakar, petugas pramugari akan memakai sarung tangan dan menaruh perangkat di dalam tas dan menutupnya," demikian informasi tersebut sebagaimana Tekno Liputan6.com kutip dari Mashable, Senin (17/10/2016).
Informasi itu juga disertai pemberitahuan bahwa Galaxy Note 7 tidak boleh diaktifkan atau diisi dayanya selama dalam penerbangan. Tas khusus itu rupanya dirancang agar bisa meredam panas dan api yang ditimbulkan dari ledakan.
Pencipta tas bernama Hot-Stop 'L' tersebut adalah Baker Aviation. Tas merah itu memang secara khusus dirancang untuk menempatkan baterai lithium-ion yang mengalami kerusakan saat penerbangan.
Sedangkan sarung tangan dibuat khusus agar petugas dapat menanangi perangkat yang bermasalah.
Tas itu diklaim bisa menahan panas hingga temperatur 3.200 derajat Farenheit. Menurut sebuah uji coba yang dilakukan oleh Baker Aviation, tas itu bisa memuat sebuah benda sebesar laptop. Dengan demikian, perangkat Galaxy Note 7 yang terbakar diharapkan tetap aman di dalamnya.
(Tin/Isk)