Liputan6.com, Jakarta - Panitia Festival Film Indonesia (FFI) 2016 berusaha meningkatkan kualitas festival dengan memperbaiki berbagai sistem yang berlaku. Salah satunya adalah sistem penjurian.
Olga Lydia selaku Ketua Bidang Penjurian FFI 2016 mengaku puas dengan sistem penjurian baru yang mulai berlaku sejak tahun 2014 hingga sekarang. Terlebih pada tahun 2016 ini, panita FFI turut melibatkan asosiasi pekerja film.
Baca Juga
Advertisement
Mereka antara lain adalah Asosiasi Produser Film Indonesia (APROFI), Persatuan Perusahaan Film Indonesia (PPFI), Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI), Asosiasi Casting Indonesia (ACI), Indonesian Film Directors Club (IFDC), Indonesian Motion Picture Audio Association (IMPACT), Rumah Aktor Indonesia (RAI), Indonesian Film Editors (INAFEd), Sinematografer Idonesia (SI), Indonesian Production Designers (IPD), dan Penulis Indonesia untuk Layar Lebar (PILAR).
Dari sebelas asosiasi pekerja film tersebut, tidak terlihat organisasi Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI). Padahal, asosiasi itu merupakan organisasi perfilman tertua di Indonesia.
Lalu, mengapa PARFI tidak termasuk dalam daftar asosiasi yang dilibatkan dalam FFI 2016?
"Sebetulnya pada saat pembuatan short list, awal banget, saya sih waktu itu ingin mengundang PARFI, tapi kemudian terjadi masalah," ujar Olga Lydia usai gathering juri FFI 2016 di kawasan Sudirman, Jakarta Pusat, Senin (17/10/2016).
Seperti diketahui, PARFI belakangan terkena masalah setelah Gatot Brajamusti sebagai ketua umum tersandung kasus narkoba. Waktu yang tidak pas menjadi alasan mengapa PARFI tidak termasuk dalam daftar penjurian. Panita FFI 2016 pun mengaku tidak punya masalah dengan organisasi tersebut.
"Sayangnya pada saat asosiasi itu harusnya terlibat lagi ada masalah di sana. Saat (masalah) sudah selesai, keterlibatan asosiasi sudah selesai juga dan masuk tahap berikutnya. Kita sih terbuka saja, enggak ada masalah sama sekali," Olga Lydia menjelaskan. (Rin)