Liputan6.com, Bangkok - Tingginya permintaan baju berwarna hitam setelah mangkatnya Raja Bhumibol Adulyadej, memicu inisiatif warga untuk membuka tempat jasa pencelupan warna baju. Di tempat itu warga bisa membawa baju warna apapun milik mereka untuk direndam pewarna tekstil hingga berwarna hitam.
Seperti ditayangkan Liputan 6 Malam SCTV, Senin (17/10/2016), selama masa berkabung yang ditetapkan hingga satu tahun ke depan, baju hitam menjadi simbol rasa bela sungkawa terhadap raja mereka.
Advertisement
Pekerjanya rata-rata adalah pekerja profesional di perusahaan garmen. Pusat pewarnaan pakaian ini juga tak memungut bayaran untuk jasanya.
Tingginya permintaan pakaian berwarna hitam juga membuat sebagian warga Thailand mengeluh. Para penjual menaikkan harga seenaknya, hingga harga baju, celana dan rok berwarna hitam tak terjangkau bagi warga miskin.
Selain untuk menunjukkan bela sungkawa atas mangkatnya Raja Bhumibol, hal ini dilakukan untuk menghindari pelecehan dan kekerasan yang terjadi di sejumlah tempat kepada warga yang tidak mengenakan baju hitam. Pemerintah Thailand sendiri telah mengimbau agar warga bertoleransi terhadap warga yang tak memakai baju hitam.
Di Pulau Koh Samui, seorang perempuan bernama Umaporn Sarasat digelandang ke sebuah foto Raja Bhumibol di depan kantor polisi. Ia dipaksa berlutut dan berdoa menyembah foto raja ketika tiba dan keluar dari kantor polisi.
Tindakan itu dilakukan polisi untuk menenangkan warga yang berunjuk rasa di depan kantor polisi mengecam Sarasat. Ia pun kemungkinan menghadapi dakwaan menghina raja.
Setelah Raja Bhumibol mangkat pada 13 Oktober lalu, timbul sentimen menghujat warga yang tidak menunjukkan rasa berduka. Selain itu mereka yang membuat komentar tak menghormati raja juga akan dihujat.
Sarasat bukan satu-satunya yang mendapat perlakukan tersebut. Pada Jumat malam, 14 Oktober, ratusan orang juga berkumpul dengan marah di luar sebuah rumah di Phuket. Hal ini setelah seorang pria membuat komentar di media sosial yang dinilai menghina Raja Bhumibol.