Sri Mulyani: Tugas Menkeu Mengelola Emosi Masyarakat

Menkeu Sri Mulyani menuturkan, tugas pemerintah dalam alokasikan belanja negara adalah pilihan penuh tantangan.

oleh Achmad Dwi Afriyadi diperbarui 18 Okt 2016, 06:51 WIB
Menkeu Sri Mulyani menuturkan, tugas pemerintah dalam alokasikan belanja negara adalah pilihan penuh tantangan.

Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengatakan, tugas pemerintah dalam mengalokasikan belanja negara adalah pilihan yang penuh tantangan.

Lantaran setiap dana yang dikeluarkan pemerintah bisa memicu emosi dari masyarakat. Sebab itu, dia mengatakan menjadi Menteri Keuangan mengemban tugas mengelola emosi masyarakat.

"Dia adalah suatu tantangan yang sangat sulit menyangkut emosi masyarakat, memungut pajak penuh emosi, belanja salah kena emosi, mau membetulkan belanja salah menjadi benar menimbulkan emosi. Jadi menjadi Menteri Keuangan adalah jadi menteri yang mengelola emosi," kata dia dalam acara acara Supermentor16: End Poverty di Jakarta, Senin malam (17/10/2016).

Dia mencontohkan, seperti halnya belanja pemerintah dalam bentuk  subsidi bahan bakar minyak (BBM) dan listrik. Dia mengatakan, keputusan pemerintah belanja subsidi menimbulkan risiko di masyarakat.

"Sama dengan republik ini memilih, waktu Indonesia memilih belanja subsidi BBM, maka hilang kesempatan kita untuk membangun infrastruktur," ujar dia.

Dia mengatakan, belanja pemerintah berbekal niat saja tak cukup. Oleh karena itu, desain anggaran belanja pemerintah mesti disusun sebaik mungkin.

"Maka niat baik saja tidaklah cukup, negara mengatakan saya ingin bantu orang miskin dengan subsidi itu tidak cukup. Bahkan bisa bahaya karena membuat distorsi makin lebar. Niat baik harus disertai desain yang benar," jelas dia.

Dia menambahkan, belanja pemerintah harus disertai dengan pemikiran serta penelitian yang mendalam sehingga setiap rupiah yang digelontorkan tepat sasaran.

"Membuat kebijakan publik penuh dengan pilihan sulit dia bukan suatu bentuk  membelanjakan, bukan hanya popularitas. Dia memerlukan pemikiran, penelitian apakah setiap rupiah yang dibelanjakan betul-betul dinikmati masyarakat miskin. Melalui apa, cara apa, dan tujuannya," ujar dia. (Amd/Ahm)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya