Liputan6.com, Sukabumi - Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi ditolak seorang gadis bernama Yulianti (17) asal Kampung Cilangla, Kecamatan Cireunghas, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Meski dibujuk berulang kali, Yuli, biasa dia dipanggil, berkukuh tidak ingin melanjutkan sekolah.
Padahal, Dedi mengiming-imingi bantuan biaya kursus jahit selama enam bulan.
"Mun atos gaduh kabisa, tiasa didamel atanapi tiasa ngabuka usaha jahit nyalira. (Kalau sudah bisa, nanti bisa kerja di garmen atau buka usaha penjahitan baju sendiri)," ujar Dedi, usai melantik pengurus DPD Golkar Sukabumi yang berlangsung di halaman rumah orangtua Yuli, Senin sore, 17 Oktober 2016.
Bujukan demi bujukan terus disampaikan Dedi kepada Yuli. Bahkan, Bupati Sukabumi Marwan Hamami turun tangan agar gadis itu mau kembali belajar. Namun, anak pasangan almarhum Enad dan Juju itu tetap diam dan bersikeras menolak kedua pejabat itu.
"Mendingan sakola neng. Nyaah ari teu sakola mah, yuswa neng masih anom. Teu keudah bingung ku biaya. Lamun neng alim sakola, ngiringan kursus atuh nya? (Mendingan terus sekolah dulu neng. Sayang kalau tidak sekolah, usia masih muda. Tidak usah bingung biaya sekolah. Kalau tidak mau ikut kursus saja)," rayu Dedi dengan nada lembut.
Sikap diam Yuli semakin membingungkan Dedi. Meski begitu, ia mengingatkan anak bungsu itu jika kesempatan bersekolah tidak mudah datang padanya.
"Batur mah hoyong sakola teh. Sok ayeuna mah, upami alim neraskeun sakola, sok kursus. Tingali emak tos nyalira. Itung-itung ngabantos emak. (Orang lain aja mau sekolah, ya udah kalau memang tidak mau sekolah mendingan kursus saja. Lihat ibu sudah sendiri. Hitung-hitung membantu ibu), ucap Dedi.
Baca Juga
Advertisement
Tidak ingin bujukan Dedi jadi sia-sia, sang ibu turun tangan. Setelah proses yang panjang, Yuli akhirnya mau menuruti permintaan Dedi dan ibunya untuk mengikuti kursus.
Setelah ada kesiapan dari Yuli, Dedi kemudian menyatakan jika biaya kursus serta ongkos sehari-hari Yuli akan dibantu dirinya hingga selesai. Mendengar itu, tangis Yuli tidak tertahankan.
"Muhun pak, mangga InsyaAllah abdi bade ngiring kursus (Insya Allah saya bersedia untuk kursus)," ujar Yuli sambil berurai air mata.
Yuli tidak melanjutkan sekolah karena ingin membantu orangtua. Keinginannya tidak meneruskan sekolah semakin kuat setelah ayahnya meninggal dunia. Maka itu, ia hanya menamatkan sekolah hingga SMP.
"Dari kelas 5 SD sudah kerja, kerja di sawah bantu orangtua jadi buruh tani atau bersih-bersih rumah tetangga yang berjualan material," tutur Yuli.
Mendapati kejadian seperti itu, Dedi menyampaikan hal yang dialami Yuli bukan hanya di Kabupaten Sukabumi, tetapi juga di beberapa daerah lain di Jawa Barat. Apabila tidak ada perhatian, bisa jadi para perempuan di Jawa Barat bisa terjerumus kepada pekerjaan yang kurang baik.
"Di sini, kita harus peka. Saya sengaja menyuruh anak ini kursus dahulu agar dia mempunyai keahlian. Minimal dia bisa menjahit, bisa bekerja di garmen atau bisa juga membuat baju sendiri dan mendatangkan usaha," tutur Dedi.