Liputan6.com, Damaskus - Ibu Negara Suriah, Asma al-Assad tampil dalam sebuah wawancara dengan televisi Rusia, Russia24. Ia menegaskan kesetiaannya mendampingi sang suami, Presiden Bashar al-Assad dan menolak melarikan diri.
Seperti dilansir CNN, Rabu (19/10/2016) perempuan kelahiran Inggris itu mengatakan ia telah menolak jaminan keamanan dan finansial untuk meninggalkan negerinya yang tengah dilanda peperangan.
Advertisement
"Ya aku ditawari kesempatan untuk meninggalkan Suriah atau lebih tepatnya melarikan diri dari Suriah," ujarnya kepada stasiun TV Rusia dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di situs kepresidenan Suriah pada Selasa waktu setempat.
"Tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengetahui apa yang diinginkan orang-orang ini. Ini bukan tentang kesejahteraanku atau anak-anak, melainkan upaya yang disengaja untuk menghancurkan kepercayaan masyarakat terhadap presiden mereka," imbuhnya.
Lantas, Ibu Negara berusia 41 tahun itu menambahkan, "Aku telah berada di sini sejak awal, dan tidak pernah berpikir untuk berada di tempat lain."
Mawar di Gurun Pasir
Jika ditengok dari akun Instagram kepresidenan Suriah, @syrianpresidency maka akan banyak ditemukan foto-foto Asma. Ada foto di mana ia tengah menggendong seorang bocah perempuan, duduk di samping tempat tidur korban luka akibat perang, dan ketika ia sedang bersama dengan perempuan lokal.
Bertahun-tahun sebelum perang saudara pecah di Suriah, sosok Asma kerap dibandingkan dengan Putri Diana yang dikenal glamor, namun dekat dengan berbagai kegiatan sosial. Dalam sebuah artikel di majalah lifestyle ternama dunia, Vogue, ia dijuluki 'rose in the desert' atau mawar di gurun pasir.
Apa yang tidak dimuat dalam ulasan itu adalah catatan pelanggaran HAM yang buruk di negaranya. Setelah kritik mengalir deras, Vogue menarik artikel tersebut dari situs mereka.
Dan kini setelah serangan udara membombardir Kota Aleppo, muncul sejumlah gambar anak-anak yang tewas terperangkap di antara reruntuhan. Ini dinilai bertentangan dengan apa yang coba ditampilkan oleh pihak kepresidenan di media sosial.
Komentar-komentar pujian seperti "Ibu Negara kami selalu elegan" berganti menjadi kritik tajam "dia pura-pura peduli".
Dari Penasihat Keuangan menjadi Ibu Negara
Asma, terlahir dari seorang ibu, Sahar Otri yang merupakan seorang diplomat di kedutaan besar Suriah. Sementara ayahnya Fawaz Akhras, berprofesi sebagai ahli jantung.
Ia dibesarkan di lingkungan kelas menengah Acton di London Barat. Sosoknya merupakan lulusan ilmu komputer dan sastra Prancis di Kings College, Inggris.
Setelah menyelesaikan pendidikannya, Asma bekerja selama tiga tahun di bagian keuangan pada perusahaan bioteknologi dan farmasi. Demikian menurut penulis dan jurnalis, Andrew Tabler yang pernah bekerja dengannya.
Sebelum menikah dengan Assad pada 2000, ia bekerja sebagai bankir investasi di perusahaan JP Morgan. Pernikahan Asma dan Assad terjadi enam bulan sebelum sang suami menjadi presiden Suriah.
Tak lama setelah perang sipil meletus di Suriah, ramai diberitakan bahwa Asma tetap menjalankan gaya hidup mewahnya. Ia dikabarkan gemar berbelanja barang-barang mewah secara online.
Hingga saat ini perang masih terus terjadi di Suriah. Pasukan anti-pemerintah didukung oleh koalisi pimpinan Amerika Serikat sementara Presiden al-Assad mendapat dukungan sekutunya, Rusia.