Liputan6.com, Lyon - Performa Leicester City di Liga Premier Inggris dan Liga Champions bertolak belakang. Sebagai juara bertahan, The Foxes --julukan Leicester City-- harus bersusah payah di Liga Premier Inggris.
Riyad Mahrez dan kawan-kawan berada di posisi ke-13 dengan mengemas 8 poin. Namun, The Foxes menjadi bulan-bulanan saat melawan Liverpool (kalah 1-4), dibantai Manchester United (1-4) dan dihajar Chelsea (0-3).
Baca Juga
Advertisement
Namun, performa buruk mereka tidak menular di Liga Champions. The Foxes selalu meraih tiga kemenangan di babak penyisihan Grup G. Hebatnya lagi, gawang Kasper Schmeichel belum kebobolan.
Kemenangan 1-0 atas Copenhagen, dini hari tadi membuat Leicester City mencetak rekor sebagai tim debutan pertama yang bisa meraih tiga kemenangan di Liga Champions.
"Ketika kami bermain di Liga Champions, pemain sangat cerdas dan sangat fokus menghadapi setiap situasi. Kami berada dalam posisi yang bagus, nasib Leicester berada di tangan pemainnya sendiri. Kami ingin terus seperti ini," kata Ranieri, dikutip dari Four Four Two.
Buruk di Inggris
Meski demikian, manajer asal Italia itu mengaku kesal dengan performa timnya di Liga Premier Inggris. "Di satu sisi saya senang, tapi sisi lainnya saya sangat marah," ucapnya.
"Tapi baiklah, dalam setiap karier seseorang, kejadian ini selalu terjadi, terlebih lagi ketika bermain di kompetisi besar. Liga Premier Inggris itu prioritas kami, semoga dalam satu bulan ke depan, kami bisa melalui ini (masa krisis)," ujar pria berusia 64 tahun tersebut.
Advertisement