Liputan6.com, Jakarta - Pelabuhan Kuala Tanjung yang berada di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, berpotensi menjadi hub logistik untuk kawasan Asia Pasifik. Untuk itu, percepatan pengembangan pelabuhan ini terus diupayakan pemerintah.
Menteri Perdagangan RI Enggartiasto Lukita menjelaskan, potensi itu sangat memungkinkan mengingat kondisi geografis Indonesia yang berada pada lalu lintas perdagangan internasional.
Advertisement
"Jika dilihat dari kondisi geografis, untuk menjadi pelabuhan hub, maka Kuala Tanjung menjadi alternatif hub logistik di kawasan Asia Pasifik," kata Enggartiasto dalam acara Jakarta International Logistics Summit & Expo (JILSE) 2016 di JIExpo, Kemayoran, Jakarta, Rabu (19/10/2016).
Enggartiasto menegaskan, dengan kondisi geografis saat ini, Indonesia berada pada jalur pelayaran lalu lintas pelayaran internasional yang mencakup 45 persen perdagangan komoditas di dunia. Hal inilah yang menjadi peluang.
Dengan adanya hub logistik kawasan Asia Pasifik di Kuala Tanjung, maka menjadi potensi Indonesia untuk meningkatkan perdagangan internasional, terutama untuk mendorong ekspor.
Namun, pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah Indonesia saat ini cukup banyak. Pemerintah harus merealisasikan tol laut demi mendorong efisiensi logistik di Indonesia. Karena tol laut ini akan menjadi konektifitas dan efisiensi Kuala Tanjung ke depannya.
"Untuk itu, pemerintah saat ini tengah meningkatkan kapasitas 24 pelabuhan demi mendukung tol lahut," tegas Enggartiasto.
Saat ini, pengembangan Pelabuhan Kuala Tanjung sendiri kemajuannya masih sekitar 51 persen. Pengembangannya sendiri dilakukan oleh PT Pelabuhan Indonesia I (Persero).
Proyek yang dibangun di Kabupaten Batu Bara, Sumatera Utara, ini membutuhkan investasi sekitar Rp 34 triliun dengan rincian, investasi tahap pertama Rp 3 triliun, tapa kedua senilai Rp 8 triliun, dan tahap ketiga senilai Rp 23 triliun. (Yas)/Gdn