Liputan6.com, Abuja - Setelah pembebasan 21 siswi Chibok yang menjadi korban penculikan Boko Haram, kini pemerintah Nigeria tengah melakukan negosiasi untuk membebaskan sejumlah siswi lainnya. Namun menurut seorang tokoh masyarakat setempat, lebih dari 100 orang yang diculik menolak dipulangkan.
Ratusan remaja itu diculik Boko Haram pada dua setengah tahun lalu.
Advertisement
"Mereka yang menolak pulang kemungkinan telah diradikalisasi atau merasa malu kembali ke rumah karena telah dipaksa menikah dengan anggota kelompok itu atau bahkan memiliki anak," ujar Ketua Asosiasi Pengembangan Chibok, Pogu Bitrus, seperti dikutip dari Independent, Rabu (19/10/2016).
Pembebasan 21 siswi Chibok itu merupakan negosiasi pertama antara pemerintah Nigeria dan Boko Haram. Menurut Bitrus, selepas kembali ke keluarga mereka, seharusnya remaja-remaja itu disekolahkan ke luar negeri karena kemungkinan di negaranya mereka akan mendapat stigma.
Para siswi yang dibebaskan telah berkumpul kembali dengan keluarga. Mereka dijadwalkan akan bertemu dengan Presiden Nigeria, Muhammadu Buhari, pada Selasa atau Rabu waktu setempat.
Presiden Buhari pada Senin lalu mengatakan bahwa pemerintahannya siap memulai pembicaraan dengan Boko Haram selama kelompok itu setuju untuk melibatkan organisasi seperti Palang Merah Internasional yang menjadi perantara dalam proses pembebasan siswi-siswi tersebut.
Sementara itu, pemerintah Nigeria menyangkal laporan yang menyebutkan bahwa kebebasan para siswi itu ditukar dengan empat komandan Boko Haram atau melalui pembayaran tebusan dalam jumlah besar.
Sebanyak 276 siswi diculik dari sebuah sekolah di timur laut Chibok pada April 2014. Setidaknya puluhan orang berhasil melarikan diri tak lama setelah mereka ditangkap.
"Semua siswi yang berhasil melarikan diri telah meninggalkan Chibok. Meski pun mereka hanya ditahan selama beberapa jam, namun mereka dilabeli istri-istri dari Boko Haram dan mereka diejek. 20 dari siswi itu kini menempuh pendidikan di Amerika Serikat," kata Bitrus.
"Kami lebih suka mereka dibawa jauh dari komunitas mereka dan negara ini karena stigmatisasi akan mempengaruhi mereka di sepanjang hidup mereka. Bahkan seseorang yang telah diculik oleh Boko Haram akan memiliki aura jelek."
Seluruh institusi di Nigeria bersama dengan komunitas pembebasan gadis dan keluarga dinilai harus berjuang untuk melindungi siswi-siswi itu dari stigma, pengasingan, dan penolakan. Demikian pernyataan lembaga PBB yang mengurusi urusan anak.
Boko Haram terbentuk pada 2002 lalu sebagai inisiatif melawan gaya pendidikan ala Barat. Dalam Bahasa Hausa, nama Boko Haram dapat diartikan 'Pendidikan Barat Dilarang'.
Kelompok pemberontak tersebut baru melancarkan operasi militernya pada 2009. Ribuan orang tewas dan ratusan lainnya diculik dalam konflik dengan Boko Haram.