Liputan6.com, Jakarta Wakil Ketua MPR Mahyudin berkunjung ke Pimpinan Pusat Kolektif (PPK) Kosgoro 1957, untuk sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan. Latar belakang kegiatan tersebut selain amanah UU Nomer 17 Tahun 2014, juga dilatarbelakangi tantangan kebangsaan yang dihadapi bangsa Indonesia, baik dari dalam maupun luar.
"Tantangan tersebut antara lain adalah masih lemahnya penghayatan dan pengamalan agama, serta pemahaman agama yang sempit. Sehingga banyak bermunculan paham-paham radikal yang mengajak orang menjadi teroris dan menjadi pelaku bom bunuh diri," kata Mahyudin di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (19/10/2016).
Advertisement
"Kadang-kadang ada sebagian pelaku yang mempermainkan agama untuk mencuci otak orang lain, untuk melakukan apa yang diinginkan pelaku dengan dasar agama yang dipersepsikan sendiri," sambung dia.
Mahyudin menyebut semua anak bangsa harus menyadari, Indonesia adalah NKRI yang memiliki keragaman. Ada lima agama besar yang diakui negara, yakni Islam, Kristen, Hindu, Budha, dan Konghucu. Masing-masing agama memiliki tata cara beribadah.
"Karena perbedaan mendasar itulah maka jangan sekali-kali mencampur adukan agama dan politik, dan sebaliknya. Apalagi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara," kata dia.
"Jika urusan soal agama maka masing-masing berpedoman kepada agamanya masing-masing," papar dia. Tapi kalau soal negara maka harus berpegang kepada Pancasila sebagai alat pemersatu," lanjut Mahyudin.
Mahyudin mencontohkan pelaksanaan Pilkada Serentak 2017, belum terlaksana sudah gaduh. Bahkan, isu SARA sangat jelas dibawa-bawa ke ranah politik.
"Jika dipaksakan akan terjadi konflik antar-rakyat. Dalam politik dan berbangsa bernegara kita harus berpedoman kepada Pancasila, sebagai alat pemersatu," kata dia.
Dalam kesempatan yang sama, Ketua Umum PPK Kosgoro 1957 Agung Laksono mengapresiasi penyelenggaraan Sosialisasi Empat Pilar kepada MPR.
Misi dan tujuan sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, kata Agung, sejalan dengan visi Kosgoro. Terutama ditujukan kepada generasi muda yang melakukan deradikalisasi di Tanah Air.
"Radikalisasi ujungnya pasti melakukan kekerasan, entah itu aksi terorisme atau yang lainnya. Kekerasan tidak akan pernah menyelesaikan masalah sampai kapanpun, malah kekerasan akan menimbulkan masalah baru," kata Agung.
"Pemahaman Pancasila yang baik akan mampu mengikis upaya-upaya masuknya paham-paham radikal," sambung dia.
Hadir pula dalam sosialisasi tersebut, Ketua Fraksi Golkar di MPR Rambe Kamarulzaman, anggota MPR Golkar Syamsul Bachri dan Azhar Romli, serta ratusan anggota Kosgoro 1957 dan Himpunan Mahasiswa Kosgoro 1957.