Liputan6.com, Jakarta - Pemerintah mengklaim tingginya harga cabai di pasar tradisional imbas dari cuaca buruk. Hal itu membuat petani enggan untuk panen cabai.
Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita menerangkan, sikap petani yang enggan memanen cabai membuat harga cabai merangkak naik.
"Memang itu persoalan iklim tidak bisa dilawan, jadi kalau hujan mereka tidak berani memetik," kata dia di DPR RI Jakarta, Rabu (19/10/2016).
Sebenarnya, dia menuturkan pasokan cabai di tingkat petani melimpah. Dia menuturkan, lantaran cuaca buruk membuat para petani juga enggan mengirimkan cabai.
Baca Juga
Advertisement
"Mereka tidak memetik itu rumusnya mereka. Kedua mereka tidak mengangkut dari kota, dari pedesaan," ujar Enggar.
Oleh karena itu, pemerintah meminta Perum Bulog langsung menyerap cabai di petani. Dia bilang, langkah tersebut untuk mempercepat distribusi cabai sehingga harganya berangsur turun.
"Tetapi kita sudah menugaskan Bulog kembali, dengan pertimbangan cuaca. Kalau memang dianggap agak berkepanjangan maka segera kita ambil stok dulu," kata dia.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Amran Sulaiman mengatakan pasokan cabai di tingkat petani masih aman. Bahkan, harga di tingkat petani hanya Rp 14 ribu sampai Rp 15 ribu per kg.
"Cabai naik karena musim hujan, tetapi produksi tetap aman karena harga di tingkat petani Rp 14 ribu- Rp 15 ribu per kg. Sehingga kita sepakat menugaskan BUMN untuk menyerap, sehingga rantai pasoknya bisa lebih pendek. Karena harganya naik di atas 100 persen, disparitasnya 100 persen lebih," ujar dia. (Amd/Ahm)