Liputan6.com, Cirebon - Lantunan melodi tarling klasik berpadu dengan suara gamelan dan suling terdengar syahdu di permukiman Djana Partanain, Jalan Kapten Samadikun, Kota Cirebon, Jawa Barat. Tepatnya di Gang Melati 7 Nomor 28, Kelurahan Kebon Baru Utara, Kecamatan Kejaksan.
Kakek berusia 80 tahun yang akrab disapa Mama Djana ini tengah duduk termenung menikmati lantunan musik-musik tarling klasik tahun 1940-an.
Bersama teman-teman sebayanya, Mama Jana terus mengasah kemampuan bermain melodi tarling klasik yang diciptakannya. Tak lupa, jajanan pasar pun tersedia di atas piring kecil untuk disantap bersama saat berlatih meski tak ada jadwal manggung.
"Biar tidak lupa, Nak. Saya dulu ngamen bareng teman-teman musisi tarling di warung nasi, di panggung. Tapi sekarang cuma duduk di rumah menunggu panggilan manggung," ucap Mama Djana kepada Liputan6.com, beberapa hari lalu.
Baca Juga
Advertisement
Mama Jana adalah satu dari musikus tarling klasik Cirebon generasi kedua yang berhasil menciptakan melodi dalam lantunan lagu khas Cirebon. Melodi tersebut bernama Kiser.
Dalam sejarahnya, Mama Jana berada di posisi penting dalam perkembangan tarling klasik Cirebon. Bahkan, dari hasil karya yang selalu dikembangkan, Mama Jana sering manggung di berbagai daerah di Indonesia pada masa itu.
Jari jemarinya masih lihai memainkan petikan melodi tarling klasik di gitar akustik miliknya. Di tengah perlengkapan musik yang sudah kuno, sesekali ia pun memainkan melodi di gitar elektrik yang dibelinya dari hasil manggung.
"Sekarang tidak ada kegiatan. Manggung juga sudah jarang dan hanya sesekali saja. Bahkan kalau ada acara budaya tradisi di Cirebon saya tidak pernah dipanggil untuk manggung," ujar Jana.
Menemukan Melodi Kiser
Kepada Liputan6.com, Mama Jana berbagi cerita tentang perjalanannya menggeluti seni tarling klasik hingga akhirnya menemukan melodi Kiser. Dia menuturkan, awal mula tarling berkembang pada tahun 1940-an. Saat itu Cirebon dan Indramayu tengah dijajah oleh Belanda.
Salah satu musikus tarling ternama pada era tersebut adalah Sugro dari Indramayu dan Barang dari Cirebon. Awal mulai musik tarling ditemukan berasal dari kemampuan Sugro bermain gamelan.
"Saat itu Pak Sugro menggabungkan musik dari gamelan ke dalam nada yang ada di senar gitar ditambah suling. Jadilah tarling, yaitu gitar dan suling," tutur dia.
Seiring berkembangnya musik tarling, Jana pun mulai aktif menggeluti musik khas Cirebon itu sejak tahun 1946. Saat itu, Jana yang sering manggung bereksplorasi menggabungkan beberapa unsur musik ke dalam suara gitar, sehingga menjadi melodi kiser.
Dijelaskan, melodi kiser tarling klasik yang diciptakannya tersebut merupakan campuran lagu pada gamelan dan keroncong digabungkan dengan laras gamelan, pelog, slendro dan prawa khas Cirebon. "Saya gabungkan banyak unsur musik tradisional Cirebon dan jadilah melodi kiser. Alhamdulillah banyak yang suka. Saya biasanya empat orang kalau manggung," kata dia.
Dari ciptaannya itu, Mama Jana pun menghasilkan banyak karya musik tarling klasik Cirebon. Namun, hingga berkembangnya zaman, musik tarling pun berubah menjadi musik organ tunggal dan dangdut Cirebonan.
"Kalau lagu-lagu Cirebonan yang terkenal banyak ada kiser, waled, bendrong, barlen. Lagu tarling klasik menceritakan tentang kehidupan sehari-hari masyarakat Cirebon," tutur dia.
Hingga berkembangnya musik di Cirebon, Mama Jana pun seakan tersingkirkan. Dalam kesehariannya, Jana hanya berdiam diri di rumah sambil bermain gitar dan bernostalgia dengan karyanya sendiri.
"Kalau ada teman-teman yang main, ya latihan. Kadang saya juga ngajarkan anak-anak lain bermain gitar," ia membeberkan.
Untuk menyambung hidup, Jana kini sangat bergantung dari anak serta cucu serta beberapa penghasilan dari manggung. Dia mengaku tidak tahu-menahu soal royalti yang harus diterima ketika ada seniman lain membawakan musik tarling klasik ciptaannya.
Dia juga mengaku khawatir era kejayaan tarling klasik Cirebon akan tergerus seiring dengan berkembangnya musik di era modern. Jana mengaku, hingga saat ini belum banyak anak muda Cirebon yang berminat menjadi penerus musik tarling klasik.
Terlebih, keaslian musik tarling klasik kini tidak banyak diketahui oleh masyarakat khususnya seniman musik yang ada di Cirebon. Menurut Jana, musik dangdut pantura bukan bagian dari tarling.
Pemerintah setempat, Jana mengungkapkan, seakan tak peduli dan tidak ada keinginan untuk melestarikan musik khas Cirebon ini.
"Ada juga dua anak muda sering ke rumah minta belajar, ya saya ajari. Saya berharap banyak yang mau belajar dan saya siap memberikan ilmunya," legenda musik tarling Cirebon itu memungkasi.
Advertisement