Liputan6.com, Buenos Aires - Ribuan orang di Argentina meninggalkan pekerjaannya selama satu jam untuk berunjuk rasa sebagai bentuk protes atas pemerkosaan mengerikan dan pembunuhan seorang gadis remaja, Lucia Perez.
"Di kantor, sekolah, rumah sakit, pengadilan, kantor berita, tempat belanja, pabrik, atau di mana pun Anda bekerja, berhenti selama satu jam untuk menuntut 'tak ada lagi kekerasan machista'," tulis pengurus unjuk rasa itu.
Advertisement
Machisimo merupakan kata dari Bahasa Spanyol yang mengungkapkan bentuk berlebihan dari maskulinitas, di mana para pengunjuk rasa mengatakan sikap tersebut memicu laki-laki untuk membunuh perempuan.
Seperti dikutip dari BBC, Kamis (20/10/2016), Lucia (16 tahun) dibius dan diperkosa sebelum dibunuh di sebuah kota di Argentina timur, Mar Del Plata.
Dua orang pria yang meninggalkan Lucia di rumah sakit mengaku bahwa remaja malang itu mengalami overdosis obat. Namun, dokter menemukan bukti bahwa ia telah mengalami kekerasan seksual yang ekstrem.
Aktivis meminta para perempuan untuk mengenakan pakaian berwarna hitam dan bergabung dengan pawai di jalan. Ribuan pengunjuk rasa pun tampak memadati jalanan di Buenos Aires dan sejumlah kota lain pada Rabu 19 Oktober siang waktu setempat.
"Jika kamu menyentuh salah satu dari kami, kami akan beraksi," tulis sebuah poster yang dibawa oleh banyak pengunjuk rasa.
Mereka mengungkapkan kemarahan besar atas nilai-nilai budaya yang membuat agresifitas pria tetap hidup di Argentina dan seluruh Amerika Latin.
Tapi pengunjuk rasa juga mengungkapkan anti-kemapanan. Beberapa dari mereka bahkan mengatakan tak mengharapkan perubahan sikap apapun dari pemerintah, meski Presiden Mauricio Macri berupaya mengatasi isu-isu gender. Apa yang mereka inginkan adalah perubahan budaya.
Demonstrasi besar-besaran itu bisa menjadi tanda bahwa perubahan akan segera terjadi.
Pada Juni lalu puluhan ribu orang pengunjuk rasa membanjiri jalanan sebagai bentuk protes atas kekerasan terhadap perempuan. Layaknya protes pada kali ini, mereka juga membawa slogan "ni una menos" atau dapat diartikan setiap nyawa perempuan berarti.
Tak Boleh Ada Lucia Lain
Kakak laki-laki Lucia yang berusia 19 tahun, Matias, menulis di Facebook bahwa aksi unjuk rasa tersebut merupakan satu-satunya cara untuk mencegah apa yang dialami adiknya terjadi lagi. Ia juga menyebut hal itu merupakan satu-satunya cara agar adiknya dapat beristirahat dengan tenang.
Rata-rata, seorang perempuan di Argentina tewas akibat kekerasan domestik setiap 36 jam sekali.
Argentina mengadopsi undang-undang anti-femicide pada 2012 dengan hukuman yang lebih berat bagi pria yang membunuh wanita ketika gender berperan dalam kejahatan tersebut.
Undang-undang baru juga memiliki hukuman berat bagi pelaku kekerasan dalam rumah tangga. Lima belas negara lain di Amerika Latin telah menulis UU tersebut, namun para kritikus mengatakan bahwa hal itu tidak dapat dilaksanakan secara efektif.
Tiga orang telah ditahan sehubungan dengan kematian Lucia. Jaksa mengatakan, remaja tersebut dibius dengan ganja dan kokain sebelum diperkosa.
Lucia meninggal tak lama setelah ia dibawa ke rumah sakit.
"Aku tahu ini sangat tidak profesional untuk mengatakan ini, tapi saya adalah seorang ibu dan wanita dan telah melihat ribuan hal dalam karier saya, tapi tidak ada yang sepadan dengan tindakan keji ini," ujar ketua jaksa, Maria Isabel Sanchez.
Ibu Lucia, Marta mengatakan bahwa mereka tak bisa mengerti tindakan keji itu. Ayah remaja itu menyebut bahwa cara mereka membunuh sangat tidak manusiawi.
Menteri Kehakiman Argentna, Jerman Garavano, bertemu orangtua Lucia pekan lalu dan mengatakan bahwa apemerintah sedang bekerja untuk memastikan anak-anak muda lainnya tak menjadi korban dari perbuatan tragis.
Advertisement