Liputan6.com, Jakarta - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) menilai selama dua tahun masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), masalah impor pangan Indonesia masih belum terselesaikan dengan baik. Bahkan impor ini cenderung meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Ekonom Indef Ahmad Heri Firdaus mencontohkan, nilai impor beras Indonesia meningkat pada tahun tahun ini. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), impor beras periode Januari-Juli 2016 sebesar US$ 447 juta. Sementara impor komoditas tersebut pada Januari-Desember 2015 hanya sebesar US$ 351 juta.
"Ini impor tahun lalu US$ 351 juta. Tapi di 2016 sampai Juli nilainya impornya sudah lebih dari tahun kemarin. Ini hal-hal yang kami sayangkan," ujar dia di Kantor Indef, Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Hal yang sama juga terjadi pada impor gandum. Pada periode Januari-Juli 2016, Indonesia telah mengimpor gandum sebesar US$ 1,49 miliar. Sedangkan pada Januari-Desember impor komoditas tersebut sebesar US$ 2,08 miliar.
"Gandum sampai Juli 2016 sudah berapa persen dari tahun kemarin. Ini sampai akhir tahun bisa di atas 50 persen (kenaikannya)," kata dia.
Baca Juga
Advertisement
Selain itu, dalam peringkat Global Food Security Index, posisi Indonesia juga kalah jika dibandingkan negara tetangga di kawasan ASEAN. Dari 113 negara, Indonesia berada di peringkat 71. Sedangkan Malaysia berada di peringkat 35, Thailand di peringkat 51 dan Vietnam di peringkat 57.
"Kita negara agraris tapi untuk Global Food Security Index kita berada di peringkat 71. Kalah dengan Vietnam yang negara baru kemarin. Ironis sekali peringkat Global Food Security kita rendah. Memang dalam beberapa tahun terakhir naik tapi hanya beberapa poin saja, masih jauh dari mandiri (kemandirian pangan)," tandas dia.
Namun pernyataan dari ahmad tersebut berkebalikan dengan pernyataan dari Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita pada 6 Oktober 2016 lalu. Menurut Enggartiasto pemerintah terus mendorong swasembada beras dan mengurangi impor.
Upaya tersebut ternyata sudah terlihat. Hingga akhir tahun, Indonesia tidak akan mengimpor beras. Menurutnya kebutuhan beras di dalam negeri cukup hingga tahun depan oleh karena itu tak ada satupun izin impor yang dikeluarkan.
"Kami tidak impor. Buat apa impor kalo barangnya cukup. Kemarin di Sukabumi gudangnya penuh. Sampai akhir tahun tidak ada impor. Perkiraan sampai April Mei masih ada," ujarnya di kepatihan usai bertemu dengan Gubernur DIY Kamis (6/10/2016).
Enggartiasto menyebut stok beras di dalam negeri melimpah. Khususnya beras yang masuk dalam beras PSO (public service obligation). Stok beras beras ini dinilai lebih dari cukup untuk kebutuhan dalam negeri. "Beras yang PSO hampir dua juta ton itu yang stok jadi tidak ada kekhawatiran," ujarnya.
Menurutnya rakyat Indonesia tidak perlu khawatir dengan persediaan beras dan bahan pokok lainnya. Pengaruh musim kemarau yang basah ini dinilai menjadi hal yang menguntungkan bagi petani dan stok bahan pokok. Walaupun masih ada yang terpengaruh dengan musim kemarau basah ini.
"Kami siapkan stoknya beras kita dengan hasil produksi yang cukup di atas dari target. Sampai dengan akhir tahun ini semua aman. gejolak sedikit adalah cabai itu karena cuaca. sebentar lagi panen," ujarnya. (Dny/Gdn)