Liputan6.com, Jakarta Ada suara guntur yang menggelegar berasal dari Gunung Batuwara. Ada pula goncangan bumi yang menakutkan, kegelapan total, petir, dan kilat. Kemudian datanglah badai angin dan hujan yang mengerikan dan seluruh badai menggelapkan seluruh dunia. Sebuah banjir besar datang dari Gunung Batuwara dan mengalir ke timur menuju Gunung Kamula. Ketika air menenggelamkannya, pulau Jawa terpisah menjadi dua, menciptakan pulau Sumatera.
Begitu bunyi Pustaka Raja Parwa, sebuah catatan Jawa kuno dari tahun 416 Masehi, yang menggambarkan begitu dahsyatnya letusan Gunung Krakatau. Tepat 27 Agustus 1883, letusan mahadahsyat Gunung Krakatau meluluhlantakkan 60 persen bentuk gunung dan menciptakan kaldera sepanjang 7 kilometer. Tak hanya itu, letusan gunung yang terdengar hingga radius 4.600 kilometer ini juga membentuk tiga pulau kecil baru. Tercatat lebih dari 30 ribu orang tewas akibat letusan gunung dan tsunami yang dihasilkannya.
Advertisement
Catatan ranger Gunung Krakatau mengatakan, tahun 1973 muncul gunung api dari kaldera purba yang masih aktif. Kecepatan pertumbuhan tingginya bahkan mencapai 20 inchi per bulan, sehingga tiap tahun anak gunung ini menjadi lebih tinggi sekitar 20 kaki tiap tahun.
Saat tim Liputan6.com berkunjung, yang ditulis Jumat (21/10/2016), ranger gunung memberitahukan, sejak letusan tahun 2011, wisatawan tidak diperbolehkan lagi mendaki hingga ke puncak anak Krakatau. Wisatawan hanya boleh mendaki sampai ketinggian 200 meter.
Selain wisata treking anak Gunung Krakatau, kawasan cagar alam ini juga memiliki Pulau Sebuku, Pulau Umang-umang, dan Pulau Sebesi yang menjadi pilihan beristirahat bagi wisatawan setelah lelah menjelajahi anak Gunung Krakatau. Banyak aktivitas wisata yang bisa dilakukan di pulau-pulau tersebut, salah satunya adalah snorkeling menyaksikan keindahan anemon dan rumah ikan clown fish.
Mahfud, salah seorang pemandu wisata anak Gunung Krakatau mengatakan, untuk sampai ke lokasi wisata ini akses jalan sangat mudah. “Dari Bakauheni perjalanan dilanjut menggunakan angkot yang banyak standbay di pelabuhan. Pakai angkot ke Pelabuhan Canti, dari situ perjalanan dilanjut menggunakan perahu menuju anak Gunung Krakatau,” kata Mahfud.
Di sekitar Pelabuhan Canti banyak ditemukan jasa sewa perahu. Perahu yang memuat 30 orang ini akan mengajak wisatawan berkeliling ke berbagai pulau yang ada di sekitar anak Gunung Krakatau.
“Sewa perahu itu sekitar empat sampai lima juta, itu untuk dua hari berkeliling, dan gak akan berangkat kalau orangnya kurang dari 30,” kata Mahfud.
Bagi Anda yang penasaran ingin menjelajahi keindahan wisata Gunung Krakatau, terdapat penginapan di Pulau Sebesi yang dapat disewa dengan harga Rp 300-an per malam. Menawarkan pemandangan pantai dengan latar belakang Gunung Krakatau, penginapan ini kerap menjadi pilihan tempat beristirahat setelah lelah berwisata.
Video: Andi Jatmiko/ Liputan6.com