Liputan6.com, Mosul - ISIS mengeksekusi mati 284 pria dan anak laki-laki di Mosul. Langkah itu dilakukan kelompok militan tersebut karena pasukan koalisi Irak dan sekutunya tengah mengepung di atas Mosul.
Informasi itu disampaikan oleh sumber intelijen Irak kepada CNN.
Advertisement
"Mereka yang tewas pada Kamis dan Jumat, 20-21 Oktober 2016, ditangkap di dekat Mosul dan sekitarnya. Korban digunakan sebagai 'tameng' manusia terhadap serangan yang memaksa ISIS keluar dari bagian selatan Mosul," jelas sumber itu seperti dikutip dari CNN, Sabtu (22/10/2016).
"ISIS menggunakan buldoser untuk membuang mayat-mayat di kuburan massal yang menjadi tempat eksekusi. Militan itu mengalihfungsikan bangunan College of Agriculture di utara Kota Mosul," ujar sumber intelijen itu.
Sumber yang dirahasiakan identitasnya tersebut juga merinci para korban tewas akibat luka tembak, beberapa di antaranya anak-anak.
PBB sebelumnya mengatakan kondisi di Mosul sangat serius dan mengkhawatirkan. ISIS dilaporkan membawa 550 keluarga dari desa-desa di sekitar Mosul dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia ketika pasukan Irak dan Kurdi bertempur untuk merebut kota terbesar kedua di Irak.
Sebanyak 200 keluarga dari Desa Samalia dan 350 keluarga dari Najafia juga dipaksa keluar Senin, 17 Oktober, lalu dibawa ke Mosul oleh ISIS.
"ISIS sepertinya melakukan kebijakan itu guna mencegah warga sipil melarikan diri," ujar wakil juru bicara Kantor HAM PBB, Ravina Shamdasani, kepada CNN.
Sementara itu, militan ISIS juga dilaporkan menyerang bangunan keamanan di Kirkuk, 175 kilometer (109 mil) tenggara dari Mosul.
Hingga saat ini pasukan pemerintah terus maju bergerak dari selatan sementara prajurit sekutu Kurdi mendekat dari arah timur. Mereka melakukan penyerangan dua arah yang dimulai sejak Senin, 17 Oktober lalu.
Presiden Barack Obama tengah berusaha untuk meredakan kekhawatiran warga sipil yang "terjebak" di tengah peperangan dengan mengatakan rencana dan infrastruktur untuk menangani krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Qaraqosh yang berjarak 32 kilometer dari Mosul merupakan kota dengan penduduk Kristen terbesar di Irak. Hal tersebut membuat ISIS melakukan perlawanan keras di beberapa titik di wilayah itu.
Kesaksian Warga
Menurut keterangan penduduk yang dihubungi oleh Reuters melalui jaringan telepon, ISIS melarang mereka untuk keluar dari Mosul dan mengarahkan mereka ke sebuah bangunan yang diduga merupakan target serangan udara.
Sementara itu, PBB kini sedang membentuk kamp penampungan pengungsi tak jauh di luar wilayah Mosul.
"Kami sedang membangun tempat pengungsian baru, dengan asumsi sekitar 200.000 orang mungkin akan butuh tempat perlindungan di hari pertama operasi berlangsung," kata Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Irak, Lisa Grande.
Saat ini pemerintah dan pasukan Kurdi masih berada sekitar 30-40 kilometer dari pusat kota. Menurut laporan dari komandan pasukan darat Irak, Riadh Jalal Tawfeeq, kini pasukan masih mengepung Qaraqosh hingga timur wilayah tersebut.
Tak hanya itu Tawfeeq juga menyebutkan bahwa penembak jitu telah diposisikan di beberapa lokasi untuk berjaga-jaga. Kabar yang menyebutkan bahwa Kota Qaraqosh telah dibebaskan kemudian dibantah oleh Komandan Pemerintah.
Namun koalisi yang didukung oleh AS mengatakan bahwa mereka telah memukul mundur ISIS dari 10 desa.
Hingga saat ini pasukan pemerintah terus maju bergerak dari selatan sementara prajurit sekutu Kurdi mendekat dari arah timur. Mereka melakukan penyerangan dua arah yang dimulai sejak Senin, 17 Oktober lalu.
Presiden Barack Obama tengah berusaha untuk meredakan kekhawatiran warga sipil yang "terjebak" di tengah peperangan dengan mengatakan rencana dan infrastruktur untuk menangani krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Qaraqosh yang berjarak 32 kilometer dari Mosul merupakan kota dengan penduduk Kristen terbesar di Irak. Hal tersebut membuat ISIS melakukan perlawanan keras di beberapa titik di wilayah itu.
Kelompok teror itu juga merilis video yang menampilkan aktifitas mereka menembaki kendaraan bersenjata koalisi.
Menanggapi hal tersebut, koalisi dilaporkan akan melakukan serangan balasan, seperti dikutip dari BBC. Kelompok tersebut terdiri dari 34 ribu personel keamanan Irak, pejuang Kurdi, suku muslim Arab Sunni, dan paramiliter muslim Syiah.
Sebelumnya pada Juni 2014, kota terbesar kedua Irak yang juga kaya akan minyak, Nineveh, diserang ISIS.
Penyerbuan itu merupakan pertanda "kebangkitan" pertama kelompok militan tersebut, setelah Sunni sebelumnya berhasil mengendalikan wilayah tersebut.
Sementara itu Uni Eropa mengeluarkan peringatan yang mengatakan bahwa jika anggota ISIS--yang kebanyakan adalah warga UE--kabur dari Mosul, maka hal tersebut dapat menimbulkan risiko keamanan yang serius.