Liputan6.com, Jakarta - Wakil Menteri Energi Sumber dan Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar menceritakan pengalamannya saat pulang ke Indonesia untuk menduduki posisi di Kementerian ESDM.
Sebelumnya Arcandra Tahar tak dikenal publik. Kondisi pun berubah sejak dirinya dilantik sebagai Menteri ESDM menggantikan Sudirman Said pada 27 Juli 2016.
Namun akibat status kewarganegaraan, pria kelahiran Padang 10 Oktober 1970 ini diberhentikan secara hormat oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi). Arcandra mencatat rekor baru dalam sejarah kabinet Indonesia menjadi orang pertama yang menjabat menteri dalam waktu paling singkat 20 hari.
Doktor Ocean Engineering dari Texas A&M University di Amerika Serikat (AS) pada 2001 ini pun semakin populer karena kontroversi status kewarganegaraannya.
Baca Juga
Advertisement
"Sejak itu sampai sekarang saya tidak mau lagi menonton tv. Kalau di rumah tv mati terus," ujar dia saat kuliah umum di Universitas Andalas, seperti dikutip dari laman Antara, Sabtu (22/10/2016).
"Izinkan saya mohon maaf dalam dua bulan terakhir saya yakin pulsa ibu, bapak dan hadirin semua habis karena menonton saya," ujar dia.
Arcandra menyatakan dia adalah orang Minang asli yang ikut sekolah di Padang sejak SD hingga SMA. Kemudian lanjut kuliah sarjana di Institut Teknologi Bandung (ITB), hingga berangkat ke AS untuk melanjutkan pendidikan dan bekerja di sektor perminyakan.
"Saya ini Minang asli, bahasa Inggris saya esmin alias english minang," tutur dia.
Ia menceritakan pertama kali dipanggil pulang ke Indonesia pada Rabu 20 Juli 2016 dengan pesan "Senin 25 Juli 2016" sudah harus sampai di Indonesia".
Dia mengaku tidak diberitahu mau dilantik sebagai apa. Dia baru bisa meninggalkan AS menuju Indonesia pada Jumat 22 Juli.
"Kalau sudah dipanggil pulang itu saya pulang, hari Senin sudah harus sampai di Tanah Air, diberitahu Rabu, harus menyiapkan segala sesuatu, kalau dengan pesawat lebih dari 24 jam waktu perjalanan, kalau jalan kaki bisa lebih lama lagi," ujar dia.
Arcandra pun pulang ke Indonesia dengan membawa delapan koper. Dua koper miliknya, dua koper milik sang istri, dan empat koper anaknya.
"Sampai hari ini saya hanya punya delapan koper itu," ujar Arcandra.
Ia mengatakan, dirinya baru menelpon keluarga untuk pulang dan tiba di Indonesia pada Minggu 24 Juli 2016. Lantaran tidak memiliki rumah di Indonesia, Arcandra memutuskan menginap di hotel. Mertuanya kemudian tahu sang menantu akan dilantik menjadi menteri hanya gara-gara kebaya istri.
"Istri harus pakai kebaya, di mana mau mencari kebaya di Amerika," ujar dia.
Demi kemanfaatan
Dua bulan setelah "pensiun dini" jadi menteri, Arcandra Tahar kembali dilantik oleh Presiden sebagai Wakil Menteri ESDM mendampingi Ignasius Jonan untuk mengurus sektor energi, pertambangan dan sumber daya alam.
Ia bertekad membangun kemandirian bangsa dengan mengedepankan kemanfaatan pengelolaan sumber daya alam.
Dia menuturkan, sumber daya alam harus dikelola dengan prinsip kebermanfatan bukan menjadikannya komoditas karena UUD 1945 jelas menyatakan kekayaan alam dikelola dan dikuasai negara serta digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
"Kalau menjadikan kekayaan alam sebagai komoditas maka kemanfaatan yang diperoleh lebih kecil," kata dia.
Ia memberi contoh, jika gas dijadikan komoditas maka cukup dijual saja sehingga dapat keuntungan, tetapi kalau mengedepankan asas kemanfaatan, bisa dibuat produk turunan dari gas, seperti pupuk hingga industri petrokimia sehingga nilai untung gas berlipat-lipat.
"Semakin banyak turunan sumber daya alam, semakin tinggi nilai kemanfataannya," ujar Arcandra.
Dia juga menekankan pentingnya menjaga kemandirian bangsa pada bidang energi agar negara menjadi berdaulat.
"Kedaulatan erat kaitannya dengan ketahanan artinya ketersediaan terjamin dan dapat diakses serta stok mencukupi sehingga bangsa bisa mandiri," tutur Arcandra.