Hillary Clinton Mengaku Tak Lagi Peduli pada Donald Trump

Hillary Clinton mengaku lebih memilih untuk fokus pada isu yang menyangkut bangsanya.

oleh Elin Yunita Kristanti diperbarui 24 Okt 2016, 07:00 WIB
Capres AS dari Partai Demokrat, Hillary Clinton melambaikan tangannya ke arah penonton ketika berjalan di podium perhelatan debat ketiga dan terakhir capres AS di University of Nevada, Las Vegas, Rabu (19/10). (REUTERS/Carlos Barria)

Liputan6.com, Washington DC- Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Demokrat, Hillary Clinton mengaku tak akan peduli dengan apa yang dikatakan oleh rivalnya, Donald Trump. Ia lebih memilih untuk fokus pada isu yang menyangkut bangsanya.

"Saya sudah berdebat dengannya selama 4,5 jam," kata Hillary, merujuk pada tiga sesi debat Pilpres AS yang masing-masing berdurasi 90 menit, seperti dikutip dari BBC, Senin (24/10/2016). "Aku bahkan tak berpikir bakal menanggapinya lagi."  

Hal tersebut diungkapkan Hillary kepada para jurnalis di dalam pesawat yang ia gunakan selama kampanye.

Sebelumnya, di panggung kampanye di Pittsburgh, Hilalry menyerukan agar rakyat Amerika Serikat bersatu.

"Saya mengerti bahwa rakyat ingin presiden yang peduli dan mendengarkan. Aku ingin menjadi presiden mereka," kata dia soal kampanyenya itu.  

Sementara, dalam kampanye di Gettysburg -- di mana Presiden AS Abraham Lincoln pernah menyuarakan soal persatuan -- Trump kepada pendukungnya mengaku, 'terpaksa' mencalonkan diri jadi presiden karena negaranya saat ini sedang menghadapi masalah besar.

Ia juga menyampaikan apa yang ia sebut sebagai 'program 100 hari sebagai presiden AS', salah satunya adalah melakukan reformasi di bidang imigrasi.

Tak hanya itu yang diucap Trump. Tujuh belas hari jelang pilpres, miliarder nyentrik itu juga masih fokus soal kontroversi yang terjadi di sepanjang kampanye.

Pada Sabtu kemarin, ia sekali lagi berjanji untuk menggugat semua perempuan -- jumlahnya ada 11 -- yang menuduhnya melakukan dugaan pelecehan seksual atau tindakan yang tak semestinya usai Pilpres berakhir.

"Setiap perempuan yang muncul untuk merusak kampanyeku, mereka semua bohong," kata Trump, seperti dikutip dari Washington Post. "Benar-benar tuduhan yang dibuat-buat. Apa yang mereka katakan tak pernah terjadi. Tidak pernah. Para pembohong itu akan digugat  setelah pemilu berakhir."

Trump, untuk kesekian kalinya, mengatakan bahwa Hillary Clinton seharusnya tak dibolehkan jadi capres. Suami Melania itu juga menuding media massa di AS 'korup' karena membuat citranya jelek bahkan seakan adalah sosok berbahaya.

Sejumlah jajak pendapat pada Minggu 23 Oktober 2016 menunjukkan Trump tertinggal dari lawan beratnya, Hillary Clinton.

'Program 100 Hari' Trump

Dalam paparan kampanyenya, Donald Trump mengatakan, selama masa 'kepemimpinannya' ia akan melakukan negosiasi ulang dalam perdagangan dan kesepakatan perubahan iklim.

Trump juga berencana juga memberi larangan bagi siapapun yang pernah berada di Gedung Putih untuk melakukan lobi setelah mereka meninggalkan kantor.

Ia juga memberikan limit waktu bagi jabatan Kongres dan membatalkan seluruh pembayaran program perubahan iklim di PBB.

"Saya meminta seluruh rakyat AS harus menegakkan kepalanya dan bersiap memperbaiki politik AS. Saya ingin kalian bermimpi besar," kata Trump.

"Saya juga berencana mengusir lebih dari 2 juta penduduk ilegal dan para kriminal. Saya berjanji melakukan itu," lanjutnya.

 

Rekomendasi

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya