Liputan6.com, Mosul - Selama tiga hari berturut-turut, seorang bocah berusia 10 tahun harus bertahan hidup tanpa makanan ataupun minuman. Aysha, nama gadis kecil itu, terus berada dekat ibunya ketika mereka berusaha menyelamatkan diri di tengah upaya pembebasan Mosul dari tangan ISIS.
Pada saat tim penyelamat yang terdiri dari pasukan Irak dan koalisi datang, Aysha melawan ketakutannya terhadap orang asing. Ia mendatangi para serdadu untuk mengucapkan terima kasih.
Seperti yang dikutip dari Daily Mail, Senin (24/10/2016), Desa Kafer yang terletak sekitar 18 mil dari utara Mosul telah menjadi wilayah jajahan ISIS sejak 2014 lalu. Setelah dua tahun berada di bawah cengkeraman organisasi teror itu, hari pembebasan akhirnya datang.
Dengan mengenakan kaus dan leging berwarna merah muda dan masih menggenggam biskuit serta botol air minum yang diberikan oleh prajurit kepadanya, Aysha dengan tergesa-gesa berterima kasih kepada para penyelamatnya.
"Aku pikir kalian tidak akan pernah datang untuk menyelamatkan kami. Aku sangat berterima kasih. Kami tidak punya makanan atau pun minuman dalam tiga hari dan hanya ada aku dan ibuku. Ayahku dibunuh oleh teroris," kata Aysha.
"ISIS menculik banyak anak dari desaku dan kami tidak tahu apa yang terjadi pada mereka. Beberapa dari mereka tewas. Teroris itu merampas uang dan perhiasan ibuku, sehingga kami tidak memiliki apa pun. Terima kasih, terima kasih. Aku ingin mencium kakimu," kata dia.
Setelah mendengar ucapan terima kasih tersebut, seorang prajurit, yang mengenakan seragam lengkap, menunduk lalu mencium kening Aysha. Serdadu itu kemudian menggendong bocah itu dan membawanya ke tempat yang lebih aman.
Aysha dan ibunya dibawa ke Desa Qayyarah, sebuah wilayah yang telah dibersihkan dari ISIS.
Pertarungan merebut Mosul
ISIS menguasai Mosul yang merupakan kota terbesar kedua di Irak pada Juni 2014. Sejak saat itu kelompok militan tersebut menculik dan merekrut anak laki-laki untuk menjadi prajurit, sementara anak perempuan dijadikan budak seks.
Tidak ada kehidupan normal di tempat itu. Anak-anak tidak bisa pergi ke sekolah dan kebanyakan orang mengurung diri di dalam rumah karena ketakutan.
ISIS dilaporkan telah mengeksekusi mati 284 pria dan anak laki-laki di Mosul. Langkah itu
dilakukan kelompok militan tersebut karena pasukan koalisi Irak dan sekutunya tengah mengepung kota tersebut.
Advertisement
"ISIS menggunakan buldoser untuk memindahkan jasad-jasad ke kuburan massal yang menjadi tempat eksekusi. Militan itu mengalihfungsikan bangunan College of Agriculture di utara Kota Mosul," ujar sumber intelijen kepada CNN.
Sumber yang dirahasiakan identitasnya tersebut juga merinci para korban tewas akibat luka tembak, beberapa di antaranya anak-anak. PBB sebelumnya mengatakan, kondisi di Mosul sangat
serius dan mengkhawatirkan.
ISIS dilaporkan membawa 550 keluarga dari desa-desa di sekitar Mosul dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia ketika pasukan Irak dan Kurdi bertempur untuk merebut kota terbesar kedua di Irak.
Sementara itu, ISIS disebut-sebut menggunakan warga Mosul yang terjebak di antara peperangan antara ISIS dan koalisi Irak, sebagai tameng untuk mempertahankan 'benteng' mereka.
Menurut keterangan penduduk yang dihubungi oleh Reuters melalui jaringan telepon, ISIS melarang mereka untuk keluar dari Mosul dan mengarahkan mereka ke sebuah bangunan yang diduga merupakan target serangan udara.
Sementara itu, PBB kini sedang membentuk kamp penampungan pengungsi tak jauh di luar wilayah Mosul.
"Kami sedang membangun tempat pengungsian baru, dengan asumsi sekitar 200.000 orang mungkin akan butuh tempat perlindungan di hari pertama operasi berlangsung," kata koordinator kemanusiaan PBB untuk Irak, Lisa Grande.