Liputan6.com, Jakarta - PT Pertamina (Persero) akan optimalkan aset PT Badak NGL untuk percepatan pelaksanaan proyek New Grass Root Refinery (NGRR) Bontang, Kalimantan Timur. Proyek itu berkapasitas 300 ribu barel per hari (bph).
Direktur Megaproyek Pengolahan dan Petrokimia Pertamina Rachmad Hardadi mengatakan, NGRR Bontang merupakan proyek dengan skema public private partnership dengan Pertamina selaku Penanggung Jawab Proyek Kerjasama (PJBK).
"Pemilihan Bontang sebagai lokasi NGRR dimaksudkan untuk dapat melakukan akselerasi pembangunan," kata Hadadi, di Jakarta, Senin (24/10/2016).
Lokasi proyek di Bontang, berdampingan dengan lokasi operasi PT Badak NGL, anak perusahaan dengan 50 persen sahamnya dikuasai Pertamina, yang mengoperasikan kilang LNG.
Baca Juga
Advertisement
Hal ini dapat mempercepat penyelesaian pembangunan kilang NGRR, karena selain ketersediaan lahan yang sangat krusial, beberapa fasilitas dan infrastruktur pendukung operasi kilang LNG, seperti 21 unit boiler kualitas tinggi, pembangkit listrik, tangki penyimpanan, dan fasilitas umum lainnya dapat digunakan untuk mendukung pengoperasian kilang NGRR Bontang nantinya.
"Dari sisi lahan yang saat ini sangat krusial dalam pelaksanaan proyek, kami tidak perlu lagi melakukan pengadaan dan itu dapat menghemat waktu. Beberapa fasilitas berkelas dunia yang sekarang digunakan untuk Kilang LNG Bontang juga dapat dukung proyek kilang BBM. Jadi, kesimpulannya kami tidak perlu harus mulai dari nol. Dengan dilaksanakan di Bontang, Pertamina dapat memulai proyek dari titik 5 dari skala 10," jelas Hardadi.
Dengan dukungan kuat berbagai pihak, termasuk DPR, pemerintah pusat dan daerah, dia mengatakan Pertamina sangat berkomitmen untuk melakukan percepatan pembangunan proyek kilang. Saat ini, Ia menuturkan, Pertamina menunggu penetapan IFC sebagai konsultan yang akan ditunjuk pemerintah dalam pemilihan mitra.
Pemilihan mitra pembangunan kilang, kata Hardadi, ditargetkan dipercepat menjadi akhir 2017. Pertamina, Ia menuturkan, juga segera mempersiapkan bankable feasibility study (BFS) yang juga ditargetkan selesai pada 2017.
"Kalau BFS sudah selesai, kami akan serahkan kepada pemerintah. Apabila proses lancar dan insentif-insentif diputuskan lebih cepat, harapan kami awal 2018 penyiapan lahan sudah bisa dimulai di awal 2018 sehingga pekerjaan fisik NGRR Bontang bisa dimulai tepat waktu pada akhir 2019 dan selesai pertengahan 2023," tutur Hardadi.