Liputan6.com, London - Robot milik Badan Antariksa Eropa (European Space Agency/ESA) ditemukan hancur di Planet Mars. Diduga, kerusakan robot dengan kode nama "Schiaparelli" itu terjadi akibat pendaratan yang tidak normal.
Schiaparelli sendiri merupakan kode dari proyek robot ExoMars milik ESA dengan nama "Entry, Descent and Landing Demonstrator Module". Awalnya, robot tersebut ditugaskan menjelajahi tanah Planet Merah demi mempelajari ekosistem dan karakter alam di Mars.
Seperti dilansir CNET pada Senin (30/10/2016), Schiaparelli awalnya terbang dengan pesawat induk Trace Gas Orbiter (TGO) ExoMars awal pekan ini. Direncanakan, robot tersebut semestinya memasuki fase softlanding pada Rabu ini.
Baca Juga
Advertisement
Sesaat setelah Schiaparelli 'dilepas' dari pesawat induk TGO, robot tersebut tidak bekerja sebagaimana mestinya. Seharusnya, Schiaparelli melepas parasut ketika sudah memasuki atmosfer Mars. Nyatanya, ia malah menghempaskan parasut lebih dulu sebelum menyelami atmosfer planet tersebut.
"Ketika kami menerima data yang dikirim Schiaparelli, kami mempelajari bahwa robot ini tidak bekerja sebagaimana mestinya. Ia melepas parasut pada waktu yang tidak tepat," kata Jan Worner, General Director ESA.
"Pada saat yang sama, mesin thruster (pendorong) dan tameng panas yang ada di robot tersebut juga tidak berfungsi dengan normal. Analisis ini memang belum rampung, kami akan pelajari lebih lanjut," ia meneruskan.
ESA memang kerap memiliki masalah dengan pendaratan robot luar angkasanya. Pada 2003, robot Beagle 2 milik proyek Mars Express ESA juga mengalami nasib serupa Schiaparelli.
Beberapa tahun lalu, Philae--robot rovermiliK ESA juga tidak dapat mendarat dengan normal karena bertabrakan dengan komet sesaat sebelum mereka tiba di Mars.
Meski begitu, ESA mengatakan bahwa gagalnya penerbangan Schiaparelli dinilai tidak sia-sia. Sebab, robot tersebut memang dibuat dengan tujuan uji coba.
"Tugas utama Schiaparelli--jika sukses mendarat nanti adalah memang untuk mempelajari ekosistem Mars, namun kami pun merancangnya untuk trial pendaratan di Planet Merah. Kami tak ingin para astronot mengalami masalah serupa jika mereka mendarat di Mars nanti," pungkas Worner.
(Jek/Cas)