Liputan6.com, Southampton - Di kedalaman Laut Hitam, terbentanglah dasar samudra yang gelap gulita, tanpa cahaya dan tanpa oksigen. Dengan keadaan demikian, para ahli arkeologi telah lama menduga bahwa 'kawasan maut' itu menjadi kuburan sempurna bangkai-bangkai kapal.
Sekarang, suatu penjelajahan pemetaan membuktikan bahwa dugaan mereka memang benar. Tanpa sengaja, penjelahan itu telah mengungkapkan keberadaan lebih dari 40 bangkai kapal dari masa Ottoman dan Byzantine.
Baca Juga
Advertisement
Dikutip dari Daily Mail pada Selasa (25/10/2016), ekspedisi itu mengintip air di kedalaman 1800 meter di bawah permukaan Laut Hitam menggunakan kapal yang dilengkapi dengan perangkat termaju untuk bawah air.
Kapal itu sebenarnya sedang melakukan ekspedisi pemetaan bentang alam purba yang dulu terbenam air setelah Zaman Es.
Proyek yang dikenal sebagai Black Sea Maritime Archaeology Project (Black Sea MAP) melibatkan tim internasional di bawah pimpinan Centre for Maritime Archaeology dari University of Southampton, Inggris.
Profesor Jon Adams, pimpinan investigasi proyek, mengatakan, "Kami berupaya menjawab beberapa pertanyaan yang diperdebatkan sengit tentang saat naiknya tinggi air, seberapa cepat, dan apa dampaknya pada populasi manusia yang tinggal sepanjang pantai Laut Hitam di Bulgaria."
"Fokus utama proyek ini adalah untuk melakukan survei geofisika guna mendeteksi bekas permukaan-permukaan daratan yang tertimbun di bawah dasar laut sekarang ini, mengambil contoh inti, mencatat sifat dan tarikhnya, dan menciptakan rekonstruksi lingkungan palaeo prasejarah di Laut Hitam."
Kendaraan bawah air dengan beberapa perangkat termaju sedunia itu parkir di Stril Explorer. Para peneliti menggunakan dua kendaraan operasi jarak jauh (remotely operated vehicles, ROV) untuk melakukan survei dasar laut.
Satu ROV dikhususkan agar optimal bagi fotografi 3D dengan resolusi tinggi. Satu lagi, Surveyor Interceptor, 'melayang' pada 4 kali kecepatan ROV biasa sambil membawa peralatan geofisika lengkap, disertai lampu, kamera definisi tinggi, dan pemindai laser.
Sejak dimulainya proyek, Surveyor Interceptor telah meraih sejumlah rekor untuk kedalaman 1.800 meteer, kecepatan yang lebih dari 6 knot, serta cakupan sekitar 1.250 km.
Di antara bangkai-bangkai kapal ada yang berasal dari Kesultanan Ottoman dan Kerajaan Byzantine, sehingga memberikan informasi tentang masyarakat-masyarakat yang ada di sepanjang pantai Laut Hitam.
Banyak kegiatan kolonial dan perdagangan Yunani dan Romawi Kuno, serta Kerajaan Byzantine, yang berpusat di Laut Hitam.
Setelah 1453, ketika Turki Ottoman mencaplok Konstantinopel dan mengganti namanya menjadi Istanbul, bisa dikatakan Laut Hitam tertutup bagi perdagangan asing.
Hampir 400 tahun kemudian, Perjanjian Paris pada 1856 membuka lagi lautan itu bagi perdagangan segala bangsa.
Menurut Profesor Adams, "Bangkai-bangkai kapal itu benar-benar bonus, tapi merupakan temuan yang menakjubkan ketika ditemukan dalam survei geofisika yang berkepanjangan."
"Bangkai-bangkai itu sangat terawetkan karena keadaan anoksik (ketiadaan oksigen) di Laut Hitam pada kedalaman lebih dari 150 meter."
"Menggunakan teknik rekaman 3D teranyar untuk bangunan-bangunan bawah air, kami berhasil merekam sejumlah gambar luar biasa tanpa mengganggu dasar laut."
“Sekarang kami telah termasuk sebagai yang terbaik untuk metodologi ini dan belum pernah ada yang mencapai model kelengkapan bangkai kapal pada kedalaman ini.”