Liputan6.com, Jakarta Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution mengatakan, perkembangan ekonomi Indonesia tak terlepas perekonomian global yang memburuk. Ini yang menyebabkan laju ekonomi Indonesia cenderung melambat.
Namun, dia bilang, Indonesia termasuk negara yang tidak terseret terlalu dalam oleh ketidakpastian ekonomi global tersebut.
Darmin menerangkan, memburuknya perekonomian global membuat sejumlah negara maju mengambil kebijakan terhadap negaranya. Kebijakan ini, ada yang berpengaruh positif, namun juga negatif.
Baca Juga
Advertisement
"Kita semua tahu tiga empat lima tahun terakhir ekonomi dunia benar-benar sakit, dan sedemikian rupa, sehingga negara maju melakukan kebijakan yang tidak lumrah. Dan kebijakan yang tidak lumrah itu bisa menolong bagi negara tertentu yang lebih dulu menjalankan kebijakan itu dan bisa merugikan atau tidak menolong banyak negara lain," kata dia dalam acara Sosialisasi Pencapaian 2 Tahun Kinerja Pemerintahan Jokowi-JK, di Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Dia menerangkan, di tingkat ASEAN hanya beberapa negara yang mampu bertahan dari ketidakpastian ekonomi global tersebut. Salah satunya ialah Indonesia.
"Dibandingkan dengan negara ASEAN, barangkali beberapa negara relatif mampu untuk tidak terseret betul ke dalam pusaran perlambatan ekonomi dunia. Negara itu terutama adalah Filipina, Vietnam, dan Indonesia," jelas dia.
Bukan hanya di ASEAN, Indonesia juga negara yang relatif bisa bertahan dibanding negara besar lain seperti Brazil, Rusia, Afrika Selatan, Turki, dan India.
"Di antara semua negara itu barangkali India masih bisa betul-betul bertahan, baru kemudian Indonesia. Sisanya yang lain tidak ada yang mampu bertahan terhadap tarikan perlambatan ekonomi dunia," tambah dia.
Dia mengatakan, terdapat beberapa pilar penopang perekonomian. Antara lain, konsumsi masyarakat, investasi, pengeluaran atau belanja pemerintah, dan perdagangan internasional atau ekspor impor.
Dia bilang, ekonomi Indonesia saat ini relatif bisa bertahan karena adanya konsumsi serta investasi.
"Negara besar secara teoritis bisa memanfaatkan konsumsi dalam negerinya. dan Indonesia relatif bisa. Sampai hari ini pengeluaran konsumsi walaupun agak sedikit naik turun tapi dia tetap pendorong pertumbuhan ekonomi kita yang salah satu paling utama disamping investasi," tandas dia.