Liputan6.com, Jakarta - Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani Indrawati memastikan pemerintah akan mengurangi penarikan utang di awal (front loading) untuk kebutuhan belanja negara yang menembus Rp 2.075 triliun pada 2017. Pemerintah ingin memperkuat pondasi ekonomi nasional demi menurunkan tingkat imbal hasil (yield) atas penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) oleh pemerintah.
"Strategi 2017 tidak akan ijon, tidak akan lakukan front loading dalam jumlah besar seperti tahun ini. Kami ingin selaraskan dengan kebutuhan belanja, sehingga mampu mendorong pertumbuhan ekonomi, mengurangi kesenjangan dan kemiskinan," terang Sri Mulyani di Jakarta, Selasa (25/10/2016).
Baca Juga
Advertisement
Hal ini, katanya, akan memberikan sinyal baik kepada pelaku usaha termasuk investor surat utang pemerintah Indonesia. Sementara bagi pemerintah, dapat memprediksi pembiayaan berdasarkan angka defisit yang disepakati.
"Kalau pondasi ekonomi Indonesia makin baik, maka setiap rupiah untuk biaya utang yang kita terbitkan akan lebih rendah karena kita memiliki rating lebih baik, risiko lebih rendah, dan prospek bagus," jelasnya.
Menurut Sri Mulyani, tingkat imbal hasil SBN di Indonesia sudah mengalami penurunan dibanding dua tahun terakhir seiring dengan penguatan ekonomi nasional, termasuk dari sisi Anggaran Pendapatan dan Belanja (APBN) sebagai instrumen fiskal.
"Ekonomi membaik, bisa turunkan yield, maka menurunkan biaya bunga utang Rp 8,5 triliun pada tahun ini. Biaya bunga bisa dihemat kalau kebijakan APBN lebih solid, kredibel, dan pondasi ekonomi lebih kuat karena persepsi risiko lebih turun. Jadi saya yakin Indonesia seharusnya bisa bikin beban bunga utang Indonesia lebih rendah," pungkas Sri Mulyani. (Fik/Gdn)