Liputan6.com, Sepang - Minggu, 23 Oktober 2011, adalah hari paling menyedihkan bagi semua orang yang terlibat dalam olahraga di seluruh dunia, terutama buat pecinta ajang balap bergengsi MotoGP.
Pasalnya, mereka kehilangan superstar sejati pada era 1000cc akibat kecelakaan hebat yang terjadi di Sirkuit Sepang, Malaysia. Dia adalah Marco Simoncelli.
Baca Juga
Advertisement
Simoncelli memulai kariernya di kelas 125cc pada 2002 bersama tim Aprilia. Setelah empat musim ia akhirnya memutuskan naik kelas (250cc) bersama tim Gilera pada 2006, usai dirinya berada di urutan kelima klasemen akhir.
Pada 2008, popularitas dan kharisma Simoncelli semakin dikenal setelah menyandang predikat sebagai juara dunia di kelas 250cc. Melihat kemampuan Super Sic, tim satelit Honda (Gresini) tertarik untuk meminangnya.
Baru pada 2010, Simoncelli memutuskan untuk mengadu nasib di kelas utama MotoGP. Debut Simoncelli di kelas 1000cc seperti menenggelamkan namanya lantaran gagal mengamankan podium dari 18 seri yang berlangsung. Rider asal Italia itu harus puas terdampar di urutan kedelapan klasemen akhir musim 2010 dengan raihan 125 poin.
Raih Podium Ketiga MotoGP Ceko
Masuk ke tahun kedua bersama Gresini, gaya overtake membuatnya kian terpuruk. Total, ia gagal menyelesaikan tiga balapan di paruh pertama. Setelah libur dua pekan, tidak ada yang berubah dari gaya balap pemilik nomor 58 itu. Pasalnya, dia kembali gagal menyentuh garis finis di seri kesepuluh yang berlangsung di Grand Prix Amerika Serikat.
Tetapi, semua orang dibuat terkejut di seri berikutnya lantaran Simoncelli mampu berdiri di podium ketiga pada balapan Grand Prix Republik Ceko. Sayang momentum keberhasilan itu ternyata tidak dimaksimalkan oleh sang pembalap. Sebab, ia kembali terpuruk di empat seri berikutnya karena tidak mendapatkan podium.
Walau penampilan Simoncelli saat itu naik-turun, tim Gresini tetap mempercayainya dengan memperbarui kontraknya hingga satu tahun ke depan. Keputusan itu disambut hangat oleh pembalap dan ia kembali unjuk gigi dengan berada di podium kedua pada balapan MotoGP Australia.
Advertisement
Maut di Tikungan 11
Sepekan kemudian, kariernya di kelas utama berakhir ketika ia tampil di Sirkuit Sepang, Malaysia. Sirkuit Sepang menjadi sirkuit terakhir melihat kiprah Simoncelli. Pembalap kelahiran Catollica, Italia, pada 20 Januari 1987 itu menghembuskan napas terakhirnya setelah mengalami kecelakaan hebat di tikungan ke-11 putaran kedua.
Semua orang sangat kehilangan pembalap yang nyentrik dengan gaya rambut kribonya tersebut. Pasalnya, Simoncelli punya ciri khas membalap agresif yang sulit untuk dilupakan. Untuk mengenang Simoncelli, pihak penyelenggara MotoGP Malaysia sampai membuat monumen kecil di tikungan ke-11 di mana ia terjatuh dan meninggal.
Akhir kata, Simoncelli mungkin tidak pernah memenangkan balapan di kelas utama MotoGP. Tetapi ada pesan yang tersirat dari kematiannya, bahwa setiap pembalap tidak perlu menyiksa diri mendapatkan kemanangan untuk menjadi pahlawan. Ini adalah sepenggal kisah tentang kematian si bengal Marco Simoncelli jelang MotoGP Malaysia, akhir pekan ini.
(David Permana)